Monday 4 May 2020

THE NEW NORMAL SETELAH PANDEMI BERAKHIR


Lima bulan sudah dunia diguncang dengan kesemrawutan akibat si mikroorganisme yang bernama Novel Corona Virus 2019. Virus yang dikabarkan awal mulanya muncul di Wuhan, China. Virus yang dikabarkan berbahaya dengan penularan yang begitu cepat. Seluruh negara begitu semrawut menangani kasus ini tanpa terkecuali negara-negara maju seperti Amerika, China, dan negara-negara di Eropa. 

Melihat negara maju pun tidak bisa luput juga dari kesemrawutan akibat pandemi ini, lalu bagaimana dengan kita yang tinggal di negeri berkembang? Semakin semrawut kah atau jangan-jangan tenang saja? Saya rasa sama saja. Terutama kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak se suara merupakan bukti begitu semrawutnya negara kita menghadapi COVID ini. 

Dilarang mudik, tapi boleh pulang kampung. Dilarang keluar rumah, tapi masih ada yang nekat kerja keluar rumah. Lantas dengan adanya ke plin plananan ini, siapa yang pantas disalahkan? Rasanya tidak ada. Negeri kita tidak siap menghadapi pandemi ini. Ancaman kesehatan yang berimbas ke perekonomian, pendidikan, sampai ke sektor-sektor kecil lainnya yang tidak pernah kita prediksi sebelumnya.

Tahun ini pelaksanaan UN dibatalkan di seluruh Indonesia. Kelulusan siswa ditentuka oleh pihak sekolah. Tidak ada lagi pesta hura-hura bagi anak-anak lulusan SMA. Bahkan pendaftaran Perguruan Tinggi sudah mulai dilakukan secara online. 

Physical distancing terus digalakkan agar semua orang menghindari melakukan kerumunan. Mau keluar? Jangan lupa gunakan masker dan bawa hand sanitizer ya. Selalu cuci tangan sesering mungkin. Bisa jadi generasi anak-anak saya adalah generasi yang paling rajin cuci tangan dan begitu berhati-hati dengan kondisi kesehatan. 

Pandemi ini merubah manusia di berbagai aspek kehidupan. Dulunya kita gak begitu peduli sama cuci tangan, sekarang itu jadi kewajiban. Dulunya kita biasa kongkow bareng temen, sekarang kita terbiasa menjaga jarak dengan orang lain. Hingga akhirnya kita menciptakan habit yang baru dan itu dianggap normal. Let we say this is THE NEW NORMAL.

Dilansir dari Wikipedia.com, New Normal merupakan istilah yang mengacu pada kondisi setelah krisis keuangan yang digunakan untuk menyiratkan bahwa seuatu sebelumnya tidak normal telah menjadi biasa. 

Sebagai seorang konsultan Parenting & Pendidikan, saya sering membayangkan jika new normal ini akan berimbas pada kondisi psikologi anak terutama remaja. Remaja yang sedang melewati masa di mana peer group sebagai tempat nyaman bagi kesejahteraan mereka, terpaksa harus melewatkan waktu berbulan-bulan tanpa kehadiran teman-teman sebayanya. It is really hard, bored, and frustated. 

Anak-anak pra sekolah yang memerlukan aktivitas motorik yang banyak, kini segala aktivitasnya terbatas hanya dalam ruangan rumah saja. Saya yang memiliki anak-anak balita ini sempat terbesit jika pandemi ini usai, apa yang akan terjadi pada anak-anak saya? Akankah mereka tetap bersemangat setiap kali kita ajak keluar rumah?

Selama dua bulan di rumah saja, anak saya yang usianya 3,5 tahun masih selalu bersemangat menanyakan kapan kita naik pesawat lagi,

"ma, pa, nanti kita naik pesawat ke rumah apin ya:
"ma, nanti kita ke Singapore lagi ya sama mbak Archy, adek, mama, papa"
"ma, ke rumah apin yuk ma"

Bermain peran berpergian adalah salah satu permainan favorite yang sering dimainkan anak-anak selama di rumah. Bisa jadi 2 bulan ini mereka masih tetap ingin menikmati suasana di luar. Tapi bagaimana jika ini berlangsung selama sekian lama? Ya semoga tidak akan berlangsung lama. 

Kita perlu menyeimbangkan hidup antara di rumah dan luar rumah. Its good for their mental health. Anak-anak akan lebih mudah mengekspresikan diri ketika di luar. Anak-anak dapat melepaskan rasa ketakutan dan kecemasan bertemu dengan orang. 

Yah semoga the new normal ini akan terjadi pada habit yang baik dari pandemi ini. Kita butuh anak-anak yang sehat secara mental untuk masa depannya yang lebih baik. :)

#BPNRamadhan2020
#BPNRamadhanChallenge
#BloggerPerempuanNetwork
#BPNRamadanChallengeDAY7

0 comments:

Post a Comment

Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh