Bumi kian memanas, es di kutub kian meleleh, bencana semakin
merajalela..Ah, masih pantaskah kita sebagai manusia hanya berdiam diri?
Bumi kita sedang sekarat! Kalimat itu masih selalu terngiang
di telinga usai mengikuti Forest Talk with Blogger Palembang sepekan yang lalu.
Dr. Amanda Katili Niode, adalah manager climate reality
Indonesia, pun juga sebagai pemateri dalam acara ini. Beliau memaparkan betapa
mirisnya kondisi bumi yang kita hadapi saat ini. Bagaimana tidak, puluhan juta
manusia tumbang karena dampak dari cuaca ekstrim yang menghantui. Ratusan bencana
hidrologi maupun geologi kian memporak-porandakan negeri. Pun juga dirasakan
oleh hewan dan tumbuhan hingga nyaris musnah dari muka bumi.
Mengapa bumi kita sekarat?
Banyak yang tidak kita sadari bahwa seluruh aktivitas
manusia memiliki dampak terhadap bumi. Dampak yang paling dirasa saat ini
adalah kontribusi manusia terhadap emisi gas rumah kaca. Emisi Gas rumah kaca merupakan proses naiknya
suhu bumi yang disebabkan oleh komposisi atsmosfer.
Sejatinya gas rumah kaca sangatlah diperlukan untuk menjaga
kestabilan suhu bumi. Namun, aktivitas manusia yang berlebihan meningkatkan
konsentrasi emisi gas yang menyebabkan lapisan atsmosfer semakin tebal. Penebalan
atmosfer inilah yang berdampak pada peningkatan suhu bumi sehingga berimbas
juga pada perubahan iklim dalam proses jangka panjang.
Data yang diperoleh dari World Resources Institute
menyebutkan bahwa emisi gas rumah kaca di Indonesia berasal dari penggunaan
lahan atau kehutanan sebesar 61,6%. Sisanya 26,2% berasal dari energi,
pertanian, limbah, industri, sampai transportasi.
Tahukah anda? Tahun 2015 merupakan tahun dengan kebabakaran
hutan terbesar sepanjang sejarah di Indonesia. Lebih dari 2,5 juta area yang
terbakar. Saya kembali teringat
pertemuan saya dengan mas Yayan, salah satu anggota Forestry di
perusahaan OKI Pulp and Paper Mills.
Pada saat kebakaran hutan di tahun 2015 silam, beliau
menceritakan bahwa diperlukan
waktu selama 45 hari untuk memadamkan api. Biaya yang diperlukan selama 45 hari
sangatlah besar. Salah satunya mereka harus menghire 2 orang dari Spanyol
dengan biaya berkisar ratusan juta rupiah!
Padahal pohon sejatinya berfungsi untuk menyerap karbon dan
polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan semak maupun tumbuhan lain. Penyerapan
akan turun ketika terdapat emisi gas rumah kaca. Turunya penyerapan c02 dari
geomasa pohon inilah yang menyebabkan gas rumah kaca menjadi tinggi di udara.
Hutan juga bermanfaat untuk menahan lacu erupsi ke hilir. Banjir
dan longsor pada awal tahun 2019 di Sulawesi terjadi akibat eksploitasi sumber
daya hutan. Tak heran jika satu pohon
sangatlah berarti untuk menyelamatkan bumi. Bagaimana tidak? Hutan alam kita
kian terkikis. Sampai kapan bumi akan selalu merintih menangis?
Kiri ke kanan: Ir. Murni, Dr.Amanda, Dr.Atiek, Pak Januardi, Pak Amril |
Upaya mengembalikan Fungsi Hutan
Hutan alam kini semakin tergerus akibat deforetasi hingga
bencana kebakaran yang melanda negeri. Sudah saatnya semua bergerak untuk mengembalikan
fungsi hutan dan mengolahnya menjadi hutan berkelanjutan.
Sebagai masyarakat awam, ada kalanya kita berpikir
kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan fungsi hutan kita?
Dr. Atiek Widayati, perwakilan dari Tropenbos Indonesia
sebagai pemateri kedua menyampaikan, beberapa upaya yang dapat dilakukan
masyarakat untuk berkontribusi mengembalikan fungsi hutan.
Diantaranya adalah
- Mendukung peletarian hutan yang ada dengan cara mencegah penebangan hutan.
- Mendukung hasil hutan kayu. Hutan tidak hanya memproduksi kayu saja. Madu hutan, rotan, dedaunan, semua bisa dimanfaatkan supaya tidak hanya mengambil hasil kayu secara berkelanjutan.
- Pemanfaatan jasa ekosistem. Membangun kegiatan ekowisata yang memperhatikan keramahan lingkungan dapat dijadikan solusi agar hutan terjaga kelestariannya.
- Mendukung ekonomi masyarakat tepi hutan.
- Mensosialisasikan hutan yang lestari melalui media. Disini lah peran blogger sangat dibutuhkan untuk meningkatkan wawasan masyarakat.
Baca Juga: Melestarikan Hutan Melestarikan Kehidupan
Selama 10 tahun belakangan ini, euforia menanam pohon sering disosialisasikan sebagai upaya untuk kembali menghijaukan bumi. Namun, yang sering terlupakan adalah bagaimana merawat pohon-pohon tersebut supaya tetap terpelihara. Padahal, banyak sisi manfaat dari pohon yang dapat dibudidayakan supaya pohon terawat dengan baik.
Selama 10 tahun belakangan ini, euforia menanam pohon sering disosialisasikan sebagai upaya untuk kembali menghijaukan bumi. Namun, yang sering terlupakan adalah bagaimana merawat pohon-pohon tersebut supaya tetap terpelihara. Padahal, banyak sisi manfaat dari pohon yang dapat dibudidayakan supaya pohon terawat dengan baik.
Ir.Murni Titi Resdiana, MBA., perwakilan dari Kantor Urusan
Khusus Presiden bidang pengendalian dan perubahan iklim, beliau menjelaskan
bahwa pada tahun 2015 negara di seluruh dunia menyepakati untuk menjaga bumi
dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi maupun sosial.
Seperti halnya pengelolaan hutan berkelanjutan, aspek ekonomi
dan sosial juga harus diperhatikan. Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan
untuk menurunkan emisi gas sebesar 29% khususnya dalam sektor perindustrian.
Mengembalikan Fungsi Hutan untuk Ekonomi Kreatif
Salah satu upaya yang dapat dilakukan seperti yang Dr. Murni
paparkan adalah mendukung perekonomian masyarakat tepi hutan. Menghasilkan produk dari hutan juga berkaitan
erat dengan upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
Jika masyarakat dan pemerintah mampu mengembangkan
perekonomian lokal dengan menjaga kelestarian lingkungan, maka aksi
menyelamatkan bumi dari perubahan iklim pun bisa diwujudkan.
Pohon seyogyanya tidak hanya bisa diambil manfaat dari satu
sisi saja. Pohon merupakan sumber serat, pewarna alam, bahan kuliner, furnitur,
hingga penghasil minyak atsiri. Pohon yang kaya akan sumber tersebut jika
dapat dikelola dengan baik maka akan menghasilkan produk yang memiliki nilai
jual tinggi.
Dari upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
ekonomi kreatif dari masyarakat tepi pohon tersebut, muncul pertanyaan dari benak
saya. Bagaimana membangun perekonomian desa tepi hutan serta mendukung produk
unggulan desa? Lalu produk seperti apakah yang bisa memiliki nilai jual yang
tinggi?
Mendukung Produk Unggulan Pedesaan
Janudianto, perwakilan dari Asian Pulp dan Paper Sinar Mas,
beliau menyampaikan bagaimana upaya APP Sinar Mas untuk membangun desa tepi
hutan industri dan mengangkat perekonomian masyarakat setempat.
APP Sinar Mas memiliki komitmen utama untuk perlindungan
hutan alam dimana di setiap konsesi lahan perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk pengelolaan hutan berkelanjutan. Salah satunya dengan membangun Desa
Makmur Peduli Api (DMPA). DMPA merupakan program pemberdayaan konservasi hutan
perusahaan yang berperan untuk pengelolaan hutan lestari.
Hasil pertanian yang diproduksi oleh DMPA |
Program DMPA dibangun
untuk memberdayakan perekonomian masyarakat di sekitar hutan, memetakan sumber
daya desa, melakukan transfer teknologi dan merubah mindset masyarakat akan
pembakaran lahan hutan, serta membantu masyarakat untuk memasarkan berbagai
produk agroforesti yang dihasilkan.
Dampak dari program ini adalah masyarakat memperoleh
kesempatan kerja dan mendapat pendapatan yang lebih dari produk agroforestri. Hasil
produk dari DMPA ini bisa kami lihat di stand booth saat Forest Talk
berlangsung. Ada hasil jagung, beras, abon, keripik, dan masih banyak lagi.
Produk yang berasal dari Sumber Pohon
Produk-produk yang memanfaatkan serat pohon juga dipamerkan
pada acara ini. Salah satunya adalah produk hasil karya Galeri Wong Kito.
Kain jumputan cantik yang dipamerkan di galeri ini rupanya menggunakan sumber
pewarna alam. Sumber pewarna alam dapat diperoleh dari kulit secang, kunyit,
akar mengkudu, sampai daun jati. Teknik yang digunakan untuk menghasilkan corak
yang indah itupun menggunakan teknik Ecoprint.
Ecoprint merupakan teknik cetak dengan menggunakan pewarna
alami. Usai talkshow, GWT juga mempraktekan bagaimana proses
pewarnaan dengan teknik ecoprint. Mulai dari pemilihan daun sampai teknik
memukul daun pun harus diperhatikan dengan seksama.
Demo mewarnai Kain dengan teknik ecoprint oleh Galeri Wong Kito |
Selain kain, ada juga produk lain yang memanfaatkan sumber
hutan. Diantaranya adalah minyak atsiri yang digunakan untuk campuran parfum,
gelang kayu yang terbuat dari kayu pohon gaharu, dan juga miniatur khas
Palembang yang terbuat dari kayu bekas.
Miniatur khas Palembang yang terbuat dari kayu bekas di Mellin Gallery |
Kain jumputan, minyak atsiri, sampai gelang dari kayu gaharu dipamerkan di stand Galeri Wong Kito |
Conclucion:
Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya emisi gas
rumah kaca semakin mengancam bumi kita. Cuaca ekstrem yang berdampak pada
seluruh makhluk hidup dari manusia hingga binatang. Para nelayan semakin susah
mencari ikan, pun juga dirasakan oleh para petani yang mengeluh karena gagal
panen. Artinya saat ini kita sedang menghadapi pemanasan global yang sangat
serius.
Hutan sebagai kontributor terbesar untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca harus terus dilestarikan. Masyarakat maupun pemerintah perlu
bergerak untuk mengembalikan fungsi hutan dengan berbagai macam upaya.
Upaya secara langsung dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
mendukung pencegahan penebangan hutan. Pemanfaatan hutan untuk ekonomi kreatif
juga menjadi solusi yang sangat tepat untuk menjaga kelestarian hutan agar
dapat dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik.
Upaya secara tidak langsung yang dilakukan oleh masyarakat
adalah mensosialisasikan tentang betapa pentingnya menjaga hutan lestari
melalui media. Inilah tugas para blogger dengan mengangkat topik ini menjadi
sebuah tulisan yang nantinya akan membuka wawasan seluruh masyarakat untuk
sadar dan ikut andil dalam pelestarian hutan.
Terimakasih atas ilmu yang sangat berharga ini kepada
Yayasan Doktor Sjahrir, The Climate Reality Project Indonesia, APP Sinar Mas,
Galeri Wong Kito, dan Meilin Galeri. Semoga kita bagian dari orang –orang yang
memberikan kontribusi bagi kelestarian hutan. Untuk Informasi lebih lanjut
mengenai kelestarian hutan, kalian bisa dapatkan di website www.lestarihutan.id.
Melestarikan hutan sama halnya dengan melestarikan bumi kita
bukan?
Setuju, Mbak.
ReplyDeleteJaga hutan berarti kota telah menjaga bumi ini
sippp mba alma :)
DeleteMengembalikan fungsi hutan, menjaga dan melestarikan hutan harus dimulai dari diri sendiri dengan tidak menggunakan plastik yang berlebihan. Semoga hutan kita tetap lestari untuk masa depan Indonesia.. aamiin
ReplyDeletemenarik dan menambah pengetahuan tentang hubungan kita dengan bumi di masa depan
ReplyDeleteMantap artikelnya. Semoga makin banyak yg sadar pentingnya melestarikan alam.
ReplyDeleteYaps mba betul, 10 tahun belakang pemerintah, NGO, komunitas pencinta alam, pihak swasta dan masyarakat sedang gencar-gencarnya menanam pohon baik di tanah bekas pembalakan hutan maupun di sekitar pantai. Perlahan manusia jadi sadar kalo pohon itu berguna bgt buat kita smwa hehe Smg yg lain jd tersadarkan jg
ReplyDeleteSemoga dengan adanya artikel ttg pentingnya menjaga hutan ini dapat sampai ke pembaca dgn bijak. Semoga mereka tau betapa pentingnya paruparu kita ini. Jaga bumi kita, dengan mengaja hutan agar lestari.
ReplyDeleteAku suka kain jumputan yang diolah dari bahan pewarna alami. keren loh hasilnya :)
ReplyDeleteBagus emang acaranya mbak ya. Thanks to Forest talk, aku jadi ngelist rencana baru hehe
ReplyDeleteMemang manusia kadang hanya bisa berdiam ya, kak. Padahal banyak yang bisa kita lakukan.
ReplyDeleteEh, ada yang siap-siap ngegebukin daun hahahaha
ReplyDeletegood
ReplyDelete