Beberapa tahun belakangan ini, tepatnya 2 tahun yang lalu
saat Archy MPASI, para mamah-mamah muda sedang dihebohkan dengan keunikan
Andien (si penyanyi kondang smart kece nan jelita) dalam mendidik anaknya,
Kawa. Terutama dalam pemilihan metode MPASI.
Sejauh ini kan yang kita tahu dari ajaran nenek moyang kita
secara turun-temurun, bayi itu ya makan MPASI-nya disuapin, dan juga makan
makanan yang dihaluskan macam bubur. Nah, si Andien ini udah kasih anaknya dari
awal MPASI makanan yang gak dihalusin dan juga tanpa disuapin sama emaknya.
Istilah kecenya adalah Baby Led Weaning alias BLW.
Sebenarnya sih BLW ini sudah jadi tren di luar negeri sejak
15 tahun yang lalu. Nah berhubung si Andien ini kan public figure sekaligus
influencer, otomatis emak-emak ini pada heboh tralala-trilii terutama di sosial
media. Ada yang nyinyir lah, ada juga yang terinspirasi untuk menerapkan BLW ke
anak mereka.
Gak taunya, 2 tahun kemudian, sepengamatan saya di dunia
para netijen, dokter Meta Hanindita, seorang dokter spesialis anak subspesialis
nutrisi dan penyakit metabolik anak (panjang bener sampe mbenges). Beliau ini
sangat antusias meluruskan isu-isu tentang nutrisi anak di instagram.
Ini nih Dokter Meta Hanindita yang cantik, cerdas, dan juga lucu. Panutanku deh pokoknya |
Dok Met tahu bener kalau sekarang itu para emak-emak banyak
berkiblat pada informasi di dunia medsos. Jadi beliau mensosialisasikan ilmunya
pake gaya super kreatif dan menyenangkan bikin emak-emak betah baca di
instagram story meski bahasannya itu berat.
Salah satu yang beliau bahas adalah tentang MPASI dengan
BLW. Dok Met bilang BLW itu nggak direkomendasikan oleh IDAI. BLW rentan bikin
anak jadi Stunting. Wow...sontak mamak-mamak netijen yang budiman pada
kebakaran jenggot.
Ada yang ngerespon dengan baik banyak juga yang gak
sungkan-sungkan mensyen Andien berjamaah, ngata-ngatain lah, atau sekalian
mensyen temen-temenya yang juga jadi pengikutnya Andien. War biasak...singa pun
kalah kali ya kalau liat emak-emak lagi pada nyinyir wkwkw.
Aku pun juga punya banyak temen yang udah nerapin BLW ke
anaknya sampai gede. Jadi ngebayangin kalau aku diposisi dia atau si Andien,
kemudian di salah-salahin sama ribuan emak-emak sejagat raya. Ibu siapa coba
yang gak runtuh hatinya apalagi kalau udah dikait-kaitkan sama anak. Padahal
juga anaknya sehat-sehat aja, malah pinter dan lebih tinggi dari anak
seusianya.
So please lah mak kalau mau nyinyir sesama ibu-ibu terutama
masalah anak itu mbok ya pikir-pikir dulu. Emang kita juga siap bakal
dinyinyirin balik yang lebih pedas lagi? Hmm..baiklah. Terlepas dari masalah
nyinyir menyinyir, mendingan kita cari tahu aja kenapa sih BLW itu gak
direkomendasikan? Terus kita juga cari tahu juga bagaimana respon para praktisi
BLW terkait masalah itu? Jadi adil kan, kita denger dari dua suara biar kita
belajar respect each other.
Okay, aku bakal bahas BLW yang merujuk pada IGS-nya dokter
Meta ya...simak baik-baik.
Gill Rapley, pendiri BLW mendefinisikan BLW sebagai metode
pemberian MPASI dimana:
- Anak didorong untuk mengeksplore makananya dengan tangan
- Makanan yang disajikan berupa makanan yang mudah dipegang, bukan yang dihaluskan seperti pure.
- Anak didorong untuk makan sendiri, tidak disuapi siapapun
- Anak tetap dapat asupan ASI kapanpun karena nanti anak sendiri yang memutuskan kapan waktunya mengurangi nenen.
- Anak makan bergabung dengan keluarga kapanpun dimanapun.
Terus apa coba manfaatnya BLW? Merujuk pada Rapley, dengan
BLW anak makan MPASi lebih fun, natural, belajar makan dengan aman, tekstur
makanan, bentuk, dan lain sebagainya. Selain itu waktu makan adalah waktu
berharga bersama keluarga, bisa mengendalikan nafsu makan, mendapatkan nutrisi
yang baik, dan juga baik untuk kesehatan jangka panjang.
Eh tapi sayangnya, sejuta manfaat yang dipaparkan itu masih
berdasarkan opini si penulis buku alias ibuk Gill Rapley itu sendiri. Belum ada
kajian ilmiah yang secara keseluruhan membuktikan semua manfaat dari BLW yang
disebutkan tadi.
Beberapa peneliti akhirnya turun tangan donk ingin
membuktikan seberapa terbuktikah manfaat yang diperoleh dari BLW itu. Di salah
satu jurnal yang dok Met paparkan, ada jurnal yang meneliti tentang perbedaan
anak BLW sama yang non BLW dilihat dari pertumbuhannya. Hasilnya adalah anak
BLW secara signifikan lebih underweight daripada anak non BLW.
“Alah, buktinya anaknya si itu baik-baik saja. Anak yang
pake spoon feeding juga bisa rentan underweight blablabla..”
Hmmm, aku mah biasa banget dengerin pembenaran para ibu-ibu
kalau asumsinya udah mulai dikritisi. Apalagi dulu juga sering banget denger
gituan dari para emak anti-vaksin. Yaudah lah ya, kita lebih percaya mana coba
sama hasil penelitian yang mana ngambil samplenya gak cuman satu dua orang
dibandingin sama emak-emak yang cuman ngeliat bahkan meraba-raba dari satu sisi
saja?
Belum lagi prosedur penelitian itu bukan berdasarkan kata si
ini dan si itu. Semua diuji secara ilmiah ya gaes. Meskipun tiap penelitian ada
limitationya, tapi plis lah hargai. Yang pernah ngerasain jadi researcher pasti
tau lah rasanya jungkir balik buat ngebuktiin hipotesis ilmiahnya.
Baiq...lanjut ya..udahan nge-gasnya hahaha. Nah, ini nih
jawaban yang pasti ditunggu-tunggu tentang pertanyaan “Kenapa sih BLW gak
direkomendasikan?”
Alasan pertama.
Dari definisi BLW tadi, kita tau kan ya kalau MPASi yang
disajikan ke anak itu bukan bubur alias berupa potongan-potongan kayak finger
food. Nah, seandainya anak BLW ini
dikasih potongan wortel kukus, kentang kukus, dll dalam 3 kali sehari, berapa
kandungan yang diterima oleh tubuh?
Apalagi bayi kan makan potongan gituan otomatis gak kayak
orang dewasa yang langsung habis gitu aja gak bersisa. Pasti akan ada yang
terbuang dan hanya sebagian yang masuk ke dalam mulut. Kalau gitu apa menjamin
tercukupi semua kebutuhannya seperti zat besi, protein, lemak, vitamin, dll?
Pantas aja kalau ada hasil penelitian yang menunjukan bahwa
anak yang BLW aspuan zat besi. zinc, dan vitamin B12 nya tergolong lebih rendah
dari anak non BLW.
Alasan kedua.
Dilihat dari tabel perkembangan bayi normal, bayi usia 4-7
tahun baru belajar memutar lidah atas dan bawah, juga masih belajar menelan
makan lunak. Makanya finger food biasanya diberikan saat anak berusia 8 bulan.
Karena pada usia tersebut anak udah mulai belajar menggerakan rahang dan
mengunyah.
Nah, kalau kita paksain anak usia 6 bulan langsung makan
finger food, kemampuan oromotoriknya belum siap. Akibatnya anak makan makanan
dengan jumlah yang lebih dikit yang beresiko pada gagal tumbuh seperti stunting
juga bahaya akan tersedak makanan.
Kayak gini nih sajian MPASI ala anak BLW |
Makanya beliau bilang spoon feeding adalah metode MPASi yang
paling aman dan sudah terbukti lebih superior secara ilmiah. Sementara metode
BLW masih kontroversi dan masih terus dikaji dari sisi manfaatnya.
Nah,begitulah penjelasan Dok Met kenapa BLW BIG NO buat
MPASI. Tapi meskipun begitu, aku tuh penasaran kenapa kok ada sebagian DSA
malah ngerekomendasiin BLW, kayak DSAnya andien itu. Atau alasan rasional apa
sih yang masih bikin para praktisi BLW tetap konsisiten ngejalanin method ini.
Akhirnya diriku mencari-cari selebgram mana yang sekiranya
mampu menjawab pertanyaanku. Ceilah. Kalo Andien udah lah kayaknya baca DM ku
aja gak sempet.
Dan....selebgram yang terpilih menjadi jawaban atas
pertanyaanku adalah Baby.Qianna. Aku gak tau nama asli emaknya siapa. Intinya
dia-lah yang paling masuk kriteria (songong luu). Eh bener loh, abis aku DM
itu, langsung beliau bales dan jadiin DM ku sebagai highliht di instastory nya.Cihuy.
Ada dua poin pertanyaan yang aku kirim ke mom baby Q.
Pertama, gimana menurut pandangan dia kalau BLW gak direkomendasikan BLW. Kedua,
gimana pendapatnya kalau BLW itu rentan ADB (Anemia Defisiensi Besi).
1. Gimana menurut pandangan
mom Baby Q kalau BLW gak direkomendasikan BLW?
Menurut mom baby Q,
WHO belum ngeluarin statement resmi kalau praktek BLW itu dilarang, karena
penelitian ilmiah tentang resiko dan manfaatnya BLW itu masih sedikit banget.
Nah berhubung beliau praktisi BLW yang tinggal di New
Zealand, dia bilang minat ortu di NZ pada BLW tergolong tinggi. Aku lihat di
jurnal juga NZ punya praktisi BLW yang besar di dunia saat ini. Tapi mekipun
demikian justru di NZ termasuk paling aktif melakukan penelitian terkait BLW.
Nah kan, emak-emak disana tau gitu bukannya nyinyir tapi malah belajar cari
tahu sana sini loh ahaha keren ya..
Hal ini terbukti dari hasil penelitian terbaru mereka
mengenai metode BLISS, yaitu metode BLW yang dimodifikasi dengan guidelines
tertentu supaya pelaksanaan BLW lebih aman dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Wah...bu ibu udah ada yang tahu belum metode BLISS?
Selain itu, merujuk pada complementary feeding guideline
dari WHO; WHO menyarankan agar makanan disajikan secara soft, mashed, atau
dipotong kecil. Jadi sebenarnya beda di tekstur makanan aja kan ya. Yang SF
makanannya dihaluskan ortunya dulu, yang BLW makananya dihaluskan dengan
bantuan gusi dan enzime ludah.
Terus perihal kemampuan oromotorik? Bukanya anak 6 bulan
belum bisa menghaluskan secara sempurna? Jawaban dia, beberapa penelitian
menyebutkan kalau tiap anak punya kemampuan oromotorik yang berbeda-beda. Ada
yang udah terbentuk baik sejak 6 bulan, ada yang belum. Katanya sih gitu, aku
disuruhnya nyari sendiri jurnalnya soalnya hahaa.
2. Gimana pendapat mom baby Q
kalau BLW itu rentan ADB (Anemia Defisiensi Besi)?
Jawabannya, dia awali dengan rujukan jurnal yang sama dengan
Dok Met buat bahas ini. Ciee kompakaan...
Dari studi cross-sectional tentang ADB menunjukan kalau anak
BLW lebih rentan kena Adb daripada anak non BLW. Dia akuin itu. Ini emang
kesalahan yang paling banyak ortu lakuakan saat menerapkan BLW.
Dampak ADB itu gak main-main lo bun, be aware ya |
Harusnya sejak awal BLW, ortu harus kasih makanan yang
tinggi zat besi bukan cuman sayur-sayuran aja. Ortu harus kreatif mengolah
daging, hati, dan makanan yang tinggi zat besi biar mudah dimakan bayi.
Artinya yang terpenting itu adalah kita harus memperhatikan
kaidah-kaidah kecukupan nutrisi untuk anak. Jadi ini bukan jadi rekomendasi
buat yang BLW aja, karena yang SF pun bisa jadi kena ADB juga kalau nggak
memperhatikan kandungan gizinya.
SO, kalau moms udah pada tahu statemen masing-masing moms
bakal milih yang mana?
Pastinya milih yang aman aja lah ya. Kalau aku pribadi, aku
bakal mengamati dulu karakter anakku seperti apa. Kebetulan saat ini Aisyah
usianya udah 6 bulan dan ini kali pertamanya dia makan MPASI.
Awalnya aku ikutin saran dok Met buat SF dengan menyajikan
MPASI 4 bintang sejak awal. Aisyah masih belajar menelan, lidahnya muter-muter
antara mau lepeh atau mau ditelan. Seminggu kemudian dia udah bisa nelan. Eh,
tapi dia selalu berusaha merebut sendok dan segala sesuatunya untuk dimasukin
ke mulut saat makan.
Yaudah lah, karena keinginanya ingin makan sendiri, aku
siapkan dia finger food sambil aku suapin dia bubur. Hasilnya dia malah makin
semangat makan. Yeayy...emang bener sih kesimpulan dari ulasan tadi, yang
penting kan memperhatikan kaidah kebutuhan nutrisi, perkara metode yang mau
dipakai itu keputusan ibu masing-masing.
Method is just method, do what works best for you and baby.
Yang penting anak makan dengan bahagia dan menyenangkan, ortu pun senang. Sekarang
mah, aku pakai metode senyamanya anak, yang penting anak enjoy selama makan
tanpa paksaan apapun.
Jadi moms, pilih tim BLW apa tim SF?
0 comments:
Post a Comment
Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh