Saturday 20 April 2019

Dibalik Nama Domain, Eksistensi, dan Popularitas

Welcome, April! Menurut kalian apa yang paling memorable dengan bulan ini? April Mop? Kartinian nyari costum sana-sini? Atau General Electiom yang jatuh pada tanggal 17 April 2019? Ya, kayaknya April punya banyak unforgetable memories ya bagi sebagian orang.

Kalau saya, bulan ini adalah bulan yang bertepatan dengan wisuda Magister saya, 1 tahun yang lalu. 19 April 2019. Gak kebayang kan begitu happy-nya ketika memakai toga dan menyandang gelar baru yang dinantikan selama 1 tahun 11 bulan.


For me, kuliah magister kali ini adalah kuliah yang paling menguras tenaga. Merelakan untuk berangkat dari Boyolali ke Jogja setiap kuliah dengan transportasi umum. Ya pernah mengalami kecelakaan bus lah, kehabisan tiket kereta, pulang jam 11 malam hujan-hujanan kedinginan di jalan, dan masih banyak lagi.

Semua dilakukan demi anak pertama saya, Archy. Waktu itu kan saya masuk kuliah dalam keadaan hamil muda. Memasuki semester kedua saya melahirkan. Tidak ada pilihan lain selain harus rela pulang pergi dari rumah ke kampus meski jaraknya jauh, dan tidak memungkinkan untuk ngekos.

Saya tidak mau cuti karena status saya saat itu Long Distance Marriage alias LDM. Biasanya yang pergi merantau itu suaminya, lah ini istrinya. Mana lagi hamil pula. Udah gitu ini hamil anak pertama yang nungguinya juga cukup lama. Ya sudah, kita buat kesepakatan bersama supaya saya bisa lulus S2 tepat waktu!

Alhamudillah, dengan penuh tekad yang kuat akhirnya saya bisa lulus tepat waktu. Ditambah lagi dengan kabar gembira yang gak disangka-sangka. Saya hamil anak kedua! Masuk kuliah hamil, keluar juga dalam keadaan bunting! Ahahhaaa..Happy? Happy lah, wanita mana sih yang gak suka dikaruniai buah hati literally.

Masuk kuliah bunting, keluar pun juga bunting wkwkw


Then, waktu wisuda kemarin kehamilan saya memasuki usia 4 bulan. Saya juga bersyukur setelah balik ke Palembang, saya ditawari mengajar di salah satu universitas disana. Tapi bukan di fakultas Psikologi. Ya gapapa lah ya, apalagi mata kuliahnya tentang Penulisan Karya Ilmiah. Masih bisa dijangkau dengan kajian ilmu dari jurusan manapun.

Bangga? Jelas bangga. Ini memang cita-cita yang sebenarnya. Saya memutuskan resign dari guru karena saya ingin jadi dosen. Kenapa capek ya jadi guru? Gak juga. Saya super happy jadi guru. Tapi dosen adalah cita-cita yang terukir manis di diary usangku sejak kecil dulu. Sepak terjang saya selama kuliah juga sambil mengajar sebagai asisten dosen. Lengkap sudah untuk menggapai sebuah impian yang menggebu.

Harapan saya untuk semester selanjutnya saya bisa mengajar di Fakultas Psikologi agar sesuai dengan jurusan akademik yang saya tempuh. Saya sama temen masukin lamaran sana-sini ke semua kampus yang ada Fakultas Psikologi. Hasilnya? Nihil! Gak ada yang dipanggil sama sekali.

Saya coba meminta kakak saya untuk dikenalkan dengan Kaprodi Psikologi di kampus dia bekerja. Jawabannya, masih belum bisa memasukan dosen sekalipun itu dosen LB karena sudah penuh dengan tenaga pendidik.

Baiklah, saya bersabar untuk menunggu sambil berikhtiar agar bisa mengajar di jurusan pendidikan yang sama tempuh. 1 tahun berlalu dan memang belum rejekinya bisa mengajar di Psikologi. Sedih? agak dikit wkwkwk.
Mahasiswa pertama saat mengajar di salah satu kampus di Palembang


Hikmah menjadi perantau itu ternyata gini ya. Kalau di kampus saya dulu, saya malah ditawari untuk bisa jadi dosen disana, kalau disini saya ngelamar sampe terlunta-lunta gak ada satu pun yang menerima. Eh dipanggil pun juga enggak.

“Sabar, kali belum rejekinya. Barangkali keterima waktu anak-anakmu udah mulai sekolah dulu” Nasehat ibu gitu. Eh iya juga ya, honestly tiap ikutan tes kerja hati kecil saya selalu kepikiran anak-anak. Ya gimana enggak, Archy masih 2 setengah tahun dan Aisyah masih 6 bulan. Nyari asisten rumah tangga aja susahnya minta ampun. Masukin ke daycare, ah...yang worthed di kota ini rasanya cuman satu. Dan itu SPP-nya mungkin lebih dari gaji saya kalo jadi dosen. Ewww...

Yaudah sih, jadi ibu rumah tangga. Ngurus anak, suami, masak, nyapu, ngepel, setrika. Udah kale...apalagi gak punya pembantu, yang ngerjain mau siapa? Tapi emang dasarnya gak bisa diem, pengenya produktif dan berkarya, mau gimana donk?

Alhamdulillah, bersyukurnya saat ikut suami ke Palembang saya coba membangun link melalui komunitas-komunitas yang saya ikuti. Dari satu komunitas, dapet temen. Terus temen ngajak komunitas ini, begitu terus sampai beranak pinak.

Salah satunya saya diajakin temen gabung ke komunitas Blogger Palembang Kumpul. Saya cerita kalau saya suka nulis. Barusan ganti domain jadi www.bundaproduktif.com biar lebih yahud. Eh tapi kok gitu-gitu saja rasanya. Blog saya hambar banget gak ada lika-likunya.
Mba lya, orang yang berjasa ngajakin aku gabung di komunitas blogger Palembang

Semenjak gabung, saya kenal banyak bloggger di kota ini. Dari yang pemula kayak saya sampai yang senior. Ada yang bilang ke saya, emang masih jaman ya ngeblog? Sekarang kan jamannya vlog, bukan blog.

Alamak, gak juga ternyata. Banyak banget oppportunity setelah gabung di komunitas blogger. Dan ini jadi job yang menjanjikan buat para emak-emak macam saya yang kehabisan gaya gak bisa jauh-jauh dari rumah dan anak.

Setelah itu profesi saya mulai beralih dari Stay at Home Mom menjadi Remote Worker. Saya dapat tawaran nulis jadi content writer, dari media opini sampai website internasyenel. Dibayar? Iya lah. Tau sendiri saya mata duitan wkwkw.

Saya emang selalu bercita-cita biar bisa mandiri secara finansial dalam kondisi apapun dan yang sesuai dengan passion saya. Bisa-bisa aja sih jualan online dari rumah, banyak yang lebih menguntungkan. Tapi kalau kita bekerja ala om Steve Jobs “ Do what you love and love what you do” rasanya bekerja bakal makin semangat dan bikin happy terus sampai senyum-senyum sendiri. Eh beneran lo!

Akhirnya, saya memutuskan untuk lebih serius jadi blogger. Saya belajar otodidak nanya sana-sini gimana caranya biar blog lebih hidup dan domain authoritynya (DA) lebih dikenal sama mesin google, dan lain sebagainya. Hingga pada suatu titik, saya memutuskan untuk mengganti nama domain. Dari yang awalnya www.bundaproduktif.com menjadi www.tsurayyasyarif.com. Lah gak nyesel? udah setahun lo, ntar ngulang lagi buat naikin DA.



Yah, itu konsekuensi. Tapi tekad udah bulat. Udah istikharah juga sama minta restu suami. Alasanya? Mungkin karena ingin membangun brand dengan nama saya sendiri. Udah gitu aja sih hehee..Tetap visi misinya sama, menjadi bunda yang produktif disayang anak dan suamik biar makin ciamik. Asiaapp...

That why, akhir-akhir ini saya kembali eksis di media sosial. Tujuannya untuk menarik perhatian supaya orang sudi untuk mampir ke blog saya. Ya..namanya juga strategi marketing. Makanya ya plis yang nge-judge pakai sindirian “cie obsesi bener jadi selebgram..cie yang eksis di sosmed kayak kurang kerjaan aja” Tarik napas panjang...

Jawab aja gini ya, Haters don't really hate you. They hate themselves because you are a reflection of what they wish to be. I just wanna pursue my dreams in my limit conditions n some people don't know about this.

Dengan menulis-lah ilmu psikologi yang saya punya berharap gak sia-sia. Ya itu salah satu wadahnya adalah blog. Dari situ orang baca tulisan saya, saya diminta jadi pembicara, dan akhirnya mengantarkan saya tetap bisa menjadi “dosen psikologi” dengan cara yang berbeda. Jadi cita-cita jadi dosen tidak jadi pupus berkat menulis. Ya semua karena keseriusan saya menulis.

Berkat menulis saya jadi pemateri di satu acara Jasa Raharja

So, maafkanlah kalau ada yang merasa terganggu dengan postingan saya di sosial media. Silahkan di unfollow atau di unmute saja. Saya gak semata cuman mau cari popularitas, saya cuman ingin mewujudkan harapan abah ibu buat khairunnas anfauhum linnas. Saya cuman gak mau kalah produktif sama ibu saya yang udah tua tapi tetap aktif kontribusi ke masyarakat. Kalau sekarang saya baru mampu kontribusi ke masyarakat lewat tulisan.

Saya ingin menjadi figur ibu yang mandiri, cerdas, dan produktif di mata anak-anak saya, seperti halnya figure yang dibangun oleh ibu saya ke saya pribadi. Tanpa kata-kata tapi dengan aksi nyata. Saya ingin jadi figure utama anak-anak saya, bukan orang lain. Saya mendidik mereka di rumah, tapi saya juga harus bisa menginspirasi mereka dari rumah.

Ibuku pendidik, penulis, blogger, dosen, juru masak, tukang urut, ahli kesehatanku, guru waste managementku, semua ada dalam ibuku. Aku bangga sama ibu. Ibu tetap menjadi pendidik utamaku tapi ibu juga tetap menginspirasiku
-Archy &Aisyah-



6 comments:

Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh