Jadi Student Mom itu Gampang-gampang Susah!
Memutuskan
jadi student mom dikala hamil anak pertama, perekonomian masih pas-pasan, LDM
sama suami, rasanya itu wow nano-nano. Masih teringat gimana dulu saat suami
masih gajinya gak seberapa. Harus dibagi dua antara biaya hidupnya sama biaya
hidupku di Jogja.
Dulu
temen ngirainnya aku rajin banget bawa bekal makanan karena buat jaga pola
makan yang sehat. Tapi sebenarnya alasan utamanya adalah NGIRIT. Ya gimana gak
ngirit. Uang bulanan 1 juta harus cukup buat makan, bayar kos, kontrol ke
dokter obgyn, beli vitamin, beli susu, dan nyicil buku anak.
Tiap
weekend juga buru-buru langsung pulang ke rumah. Biar bisa makan gratis di
rumah orang tua. Tiap senin juga balik ke Jogja bawa sayur-mayur dan lauk-pauk.
Karena kalo keseringan belanja di Mirota, pasti hasratku pengen beli yang lain
nya lebih gede daripada yang dibutuhkan. Mwehe.
Biasanya
ortu menyambut anak pertama maunya beli peralatan bayi yang lucu-lucu. Aku
cukup dapat warisan dari kakak dan sepupu aja. Kebetulan masih ada yang bisa
dipakai. Uangnya ditabung buat biaya aqiqah sama inves buku ke anak. Waktu itu
aku ikutan arisan buku Rabbit Hole 50 ribu perbulan. Tenangs, bukan yang sampe
jutaan ribu per bulan kok.
Waktu
anak pertama lahir, aku masih semester 2. Terpaksa udah gak ngekos lagi karena
di Jogja anak gak ada yang bantu ngurus. Jadi sejak semester 2 harus PP dari
Boyolali ke Jogja. Gak enaknya itu kalau dapat jam kuliah pagi dan dosennya
super killer. Telat dikit gak boleh masuk. Jadi sering berangkat dari rumah jam
5 pagi. Itu Pun kadang masih ngos-ngosan sampai kampus. Beruntungnya saat itu
tingkat kekileran ibunya mulai berkurang semester ini. Jadi kadang meski telat
bu Amitya masih ngebolehin aku masuk. Kata ibunya: “ Gak papa masuk aja, saya
juga pernah di posisi kayak kamu. Kuliah sambil ngurus anak”. Makasih banyak
almarhum ibu Amitya. Saat akhir semester beliau meninggal. Bagiku beliau luar
biasa.
Saat
semester 3 kebanyakan teman-teman kelas seangkatanku udah gak ambil MK lagi.
Semua dituntaskan di semester 2. Tapi aku masih ambil makul banyak di semester
3. Itu karena aku gak bisa ambil kuliah full karena harus mengurus newborn baby
(TANPA CUTI-CUTIAN). Itupun makul yang aku prioritaskan ambil adalah makul
wajib yang kalau mau ngulang harus tahun depan lagi. Oh no.
Belum
lagi ujian traumatis pasca kecelakaan bus yang saya tumpangi saat pulang dari
kampus. Waktu itu anak masih usia 3 minggu. Badan juga masih remuk pasca
melahirkan. Rasanya terselip hasrat buat cuti aja. Asli gak kuat.
Saya
udah janji lulus tepat waktu. Semester 3 meski masih ambil MK, saya terus kebut
menyelesaikan tesis. Alhamdulillah saya bisa ujian proposal lebih awal
dibandingkan teman-teman saya.
Ya
meski sebagian orang berpikir buat lulus itu gak harus cepet-cepet, yang
penting lulus dengan ilmu sudah matang dan memperoleh predikat yang memuaskan.
Ya silahkan saja. Kalau saya gak bisa leha-leha, karena saya gak ada yang
namanya uang SPP untuk semester tambahan. Plus ninggalin suami jauh di pulau
sana. Jadi saya harus selesaikan dengan cepat.
Alhamdulillah,
tepat 1 tahun 11 bulan saya berhasil menyandang gelar Master of Arts in
Psychology. Meski penelitian saya mengambil data di Palembang dan Jogja. Rumah
di Boyolali. Sempat stress juga karena gak ngerti-ngerti sama desain
kuantitatif yang mana penelitian pakai 5 variabel. Terlalu
ribet. Tapi alhamdulillah dosen pembimbingku adalah masternya psikometri. Bapak
Prof.Dr.Saifuddin Azwar, M.A.
Memang
betul kalau keterbatasan dan banyaknya tantangan itu bikin orang punya
tekad dan pergerakan yang lebih pesat. Tergantung seberapa teguh kita mau
menghadapi. Banyak juga student mom yang gak kuat dengan terpaan dan terpaksa
harus nambah semester, bahkan gak dilanjutkan dalam waktu lama. Semua
tergantung komitmen masing-masing. Semangat ya bagi para ibu pejuang tesis,
disertasi dan sejenisnya :)
Tips Menyelesaikan Tugas Akhir Tepat Waktu
Tugas akhir
seperti tesis memang seringkali menjadi kendala bagi para mahasiswa, terutama
bagi para ibu pelajar. Entah kesulitan terjadi saat menulis, meneliti, saat
menemukan dosen pembimbing yang susah ditemui atau memiliki banyak permintaan
saat revisi. Untuk itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh ibu
pelajar untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam menyelesaikan sebuah tugas akhir.
Berikut beberapa
tips yang bisa ibu pelajar lakukan agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat
waktu:
Memuat modifikasi
perilaku adalah perencanaan yang dibuat untuk mempermudah menyelesaikan tugas
sesuai target yang dicapai. Dengan adanya perencanaan dari modifikasi perilaku
ini, ibu pelajar bisa mengerjakan tugas akhir dengan mudah. Meskipun pada
kenyataannya terkadang tidak sesuai dengan perencanaan yang ditulis. Namun,
para ibu harus tetap melanjutkan target yang ditulis dan menghargai setiap
kemajuan singkat hanya karena ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan.
Berikut lampirkan
contoh modifikasi perilaku yang dapat menjadi gambaran bagi para ibu pelajar
untuk menyelesaikan tugas akhir:
Tsurayya
Syarif Zain (392257)
CP:
085728526311
Sampai
saat ini (tanggal 30 Januari 2017) saya sudah menjalani pendidikan di
Magister Sains Psikologi UGM (1 tahun). Saya memiliki target
menyelesaikan studi pascasarjana (2 tahun). Dengan demikian saya masih
memiliki (1 tahun) untuk menyelesaikan sesuai target.
Langkah
1:
Membuat pengingat dan asosiasi dengan
keuntungan positif yang dapat dicapai
a.
Saya lebih optimal mendidik Archy
b.
Saya dapat berkumpul kembali dengan
anak dan suami dalam satu rumah
c.
Saya dapat mendaftar beasiswa Muhammadiyah
Scholarship Preparation sebelum kembali ke Palembang
d.
Saya dapat mengurus dan mendesain
rumah yang sekarang sedang saya tinggalkan
e.
Saya bisa segera melamar dosen di
universitas yang saya inginkan
f.
Saya bisa fokus mengurus rumah
tangga
Merencanakan waktu dan tenaga untuk
merencanakan proyek. Membuat daftar pernyataan.
a.
Saya telah menghabiskan banyak waktu
untuk proyek ini, saya tidak akan membuang usaha begitu saja.
b.
Saya sudah terlalu lama menghabiskan
waktu di Magister Sains Psikologi UGM karena saya belajar disini pakai biaya
sendiri.
Siapkan rencana untuk menghadapi
godaan yang menghalangi proyek
a.
Mengurus anak dijadikan alasan untuk
malas mengerjakan tesis: Saat mengurus Archy, saya harus tetap fokus mengurus
Archy. Ketika Archy tidur di siang hari, saya harus ikut tidur, sementara
ketika Archy tidur di malam hari saya harus bangun untuk mengerjakan tesis
minimal 1 jam sehari.
b. Malas
membaca referensi: minimal 1 hari saya harus membaca buku atau jurnal
referensi. Saya bisa lakukan setelah sholat subuh jam 5.00-5.30.
Langkah
2:
Mengumpulkan
data perilaku yang berlebihan untuk mengevaluasi tingkat kemajuan:
Langkah
3:
Membuat
program kontrol diri:
Langkah
4:
Buat
program pemeliharaan:
Februari
: Acc Judul
Penelitian dan Proposal Tesis oleh Pembimbing
Maret
:
ACC Proposal Thesis
April
:
Lulus TPA
Mei
:
Seminar Kompre
Juni
:
Revisi Seminar Kompre
Juli
: Seminar Hasil
Agustus
: Revisi
Seminar Hasil
September
: Ujian Tesis
Oktober
:
Pendaftaran
|
Bermasalah dengan
dosen pembimbing adalah momok yang seringkali menghambat target yang
ditentukan. Salah satunya dikarenakan adanya mispersepsi saat melakukan revisi. Upayakan untuk merekam semua perkataan dosen saat bimbingan.
Dengarkan kembali apa yang sudah dibicarakan dosen lalu catat secara mendetail.
Ini dapat memudahkan dosen pembimbing juga saat merevisi tesis kita. Karena
terkadang dosen pun juga lupa apa saja yang dosen minta saat merevisi tugas
kita.
Ini menjadi
catatan penting saat melakukan bimbingan. Jangan sampai kita mendadak
menghilang karena belum sanggup menyelesaikan revisi yang dosen minta. Buatlah
target tanggal kapan kalian akan menemui lagi dosen pembimbing. Usahakan
seminggu sekali menemui dosen entah itu untuk mengajukan revisi atau hanya
sekedar minta pendapat dan berdiskusi. Itu kan menjadi lebih baik daripada
harus menghilang lama karena belum menyelesaikan revisi.
Sesekali kita
juga boleh memberikan hadiah seperti cemilan sebagai ucapan terimakasih karena
dosen sudah bersedia meluangkan waktu untuk bertemu dengan kita (Ingat bukan nyogok ya, tapi hanya untuk membangun silaturahm yang baik). Dengan
adanya upaya ini, hal ini dapat membantu student mom untuk bisa mencapai target
yang ditentukan. Pun juga student mom dapat lebih optimal dalam membagi waktu
antara kegiatan akademik dengan mengurus rumah tangga.