Friday 22 November 2019

LULUS TEPAT WAKTU ALA STUDENT MOM


       Jadi Student Mom itu Gampang-gampang Susah!

student mom

Memutuskan jadi student mom dikala hamil anak pertama, perekonomian masih pas-pasan, LDM sama suami, rasanya itu wow nano-nano. Masih teringat gimana dulu saat suami masih gajinya gak seberapa. Harus dibagi dua antara biaya hidupnya sama biaya hidupku di Jogja. 

Dulu temen ngirainnya aku rajin banget bawa bekal makanan karena buat jaga pola makan yang sehat. Tapi sebenarnya alasan utamanya adalah NGIRIT. Ya gimana gak ngirit. Uang bulanan 1 juta harus cukup buat makan, bayar kos, kontrol ke dokter obgyn, beli vitamin, beli susu, dan nyicil buku anak. 

Tiap weekend juga buru-buru langsung pulang ke rumah. Biar bisa makan gratis di rumah orang tua. Tiap senin juga balik ke Jogja bawa sayur-mayur dan lauk-pauk. Karena kalo keseringan belanja di Mirota, pasti hasratku pengen beli yang lain nya lebih gede daripada yang dibutuhkan. Mwehe. 

Biasanya ortu menyambut anak pertama maunya beli peralatan bayi yang lucu-lucu. Aku cukup dapat warisan dari kakak dan sepupu aja. Kebetulan masih ada yang bisa dipakai. Uangnya ditabung buat biaya aqiqah sama inves buku ke anak. Waktu itu aku ikutan arisan buku Rabbit Hole 50 ribu perbulan. Tenangs, bukan yang sampe jutaan ribu per bulan kok.

Waktu anak pertama lahir, aku masih semester 2. Terpaksa udah gak ngekos lagi karena di Jogja anak gak ada yang bantu ngurus. Jadi sejak semester 2 harus PP dari Boyolali ke Jogja. Gak enaknya itu kalau dapat jam kuliah pagi dan dosennya super killer. Telat dikit gak boleh masuk. Jadi sering berangkat dari rumah jam 5 pagi. Itu Pun kadang masih ngos-ngosan sampai kampus. Beruntungnya saat itu tingkat kekileran ibunya mulai berkurang semester ini. Jadi kadang meski telat bu Amitya masih ngebolehin aku masuk. Kata ibunya: “ Gak papa masuk aja, saya juga pernah di posisi kayak kamu. Kuliah sambil ngurus anak”. Makasih banyak almarhum ibu Amitya. Saat akhir semester beliau meninggal. Bagiku beliau luar biasa.

Saat semester 3 kebanyakan teman-teman kelas seangkatanku udah gak ambil MK lagi. Semua dituntaskan di semester 2. Tapi aku masih ambil makul banyak di semester 3. Itu karena aku gak bisa ambil kuliah full karena harus mengurus newborn baby (TANPA CUTI-CUTIAN). Itupun makul yang aku prioritaskan ambil adalah makul wajib yang kalau mau ngulang harus tahun depan lagi. Oh no.

Belum lagi ujian traumatis pasca kecelakaan bus yang saya tumpangi saat pulang dari kampus. Waktu itu anak masih usia 3 minggu. Badan juga masih remuk pasca melahirkan. Rasanya terselip hasrat buat cuti aja. Asli gak kuat.

Saya udah janji lulus tepat waktu. Semester 3 meski masih ambil MK, saya terus kebut menyelesaikan tesis. Alhamdulillah saya bisa ujian proposal lebih awal dibandingkan teman-teman saya. 

Ya meski sebagian orang berpikir buat lulus itu gak harus cepet-cepet, yang penting lulus dengan ilmu sudah matang dan memperoleh predikat yang memuaskan. Ya silahkan saja. Kalau saya gak bisa leha-leha, karena saya gak ada yang namanya uang SPP untuk semester tambahan. Plus ninggalin suami jauh di pulau sana. Jadi saya harus selesaikan dengan cepat.

Alhamdulillah, tepat 1 tahun 11 bulan saya berhasil menyandang gelar Master of Arts in Psychology. Meski penelitian saya mengambil data di Palembang dan Jogja. Rumah di Boyolali. Sempat stress juga karena gak ngerti-ngerti sama desain kuantitatif yang mana penelitian pakai 5 variabel. Terlalu ribet. Tapi alhamdulillah dosen pembimbingku adalah masternya psikometri. Bapak Prof.Dr.Saifuddin Azwar, M.A. 

Memang betul kalau keterbatasan dan banyaknya tantangan  itu bikin orang punya tekad dan pergerakan yang lebih pesat. Tergantung seberapa teguh kita mau menghadapi. Banyak juga student mom yang gak kuat dengan terpaan dan terpaksa harus nambah semester, bahkan gak dilanjutkan dalam waktu lama. Semua tergantung komitmen masing-masing. Semangat ya bagi para ibu pejuang tesis, disertasi dan sejenisnya :)

       Tips Menyelesaikan Tugas Akhir  Tepat Waktu

Tugas akhir seperti tesis memang seringkali menjadi kendala bagi para mahasiswa, terutama bagi para ibu pelajar. Entah kesulitan terjadi saat menulis, meneliti, saat menemukan dosen pembimbing yang susah ditemui atau memiliki banyak permintaan saat revisi. Untuk itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh ibu pelajar untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam menyelesaikan sebuah tugas akhir.
Berikut beberapa tips yang bisa ibu pelajar lakukan agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu:
1.     Buatlah target perencanaan atau modifikasi perilaku


Memuat modifikasi perilaku adalah perencanaan yang dibuat untuk mempermudah menyelesaikan tugas sesuai target yang dicapai. Dengan adanya perencanaan dari modifikasi perilaku ini, ibu pelajar bisa mengerjakan tugas akhir dengan mudah. Meskipun pada kenyataannya terkadang tidak sesuai dengan perencanaan yang ditulis. Namun, para ibu harus tetap melanjutkan target yang ditulis dan menghargai setiap kemajuan singkat hanya karena ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan.
Berikut lampirkan contoh modifikasi perilaku yang dapat menjadi gambaran bagi para ibu pelajar untuk menyelesaikan tugas akhir:

Tsurayya Syarif Zain (392257)

CP: 085728526311

Sampai saat ini (tanggal 30 Januari 2017) saya sudah menjalani pendidikan di Magister Sains Psikologi UGM (1 tahun). Saya memiliki target menyelesaikan studi pascasarjana (2 tahun). Dengan demikian saya masih memiliki (1 tahun) untuk menyelesaikan sesuai target.

Langkah 1:
      Membuat pengingat dan asosiasi dengan keuntungan positif yang dapat dicapai
a.   Saya lebih optimal mendidik Archy
b.   Saya dapat berkumpul kembali dengan anak dan suami dalam satu rumah
c.  Saya dapat mendaftar beasiswa Muhammadiyah Scholarship Preparation sebelum kembali ke Palembang
d.   Saya dapat mengurus dan mendesain rumah yang sekarang sedang saya tinggalkan
e.   Saya bisa segera melamar dosen di universitas yang saya inginkan
f.   Saya bisa fokus mengurus rumah tangga
     Merencanakan waktu dan tenaga untuk merencanakan proyek. Membuat daftar pernyataan.
a.   Saya telah menghabiskan banyak waktu untuk proyek ini, saya tidak akan membuang usaha begitu saja.
b.   Saya sudah terlalu lama menghabiskan waktu di Magister Sains Psikologi UGM karena saya belajar disini pakai biaya sendiri.
     Siapkan rencana untuk menghadapi godaan yang menghalangi proyek
a.   Mengurus anak dijadikan alasan untuk malas mengerjakan tesis: Saat mengurus Archy, saya harus tetap fokus mengurus Archy. Ketika Archy tidur di siang hari, saya harus ikut tidur, sementara ketika Archy tidur di malam hari saya harus bangun untuk mengerjakan tesis minimal 1 jam sehari.
b.   Malas membaca referensi: minimal 1 hari saya harus membaca buku atau jurnal referensi. Saya bisa lakukan setelah sholat subuh jam 5.00-5.30.

Langkah 2:
Mengumpulkan data perilaku yang berlebihan untuk mengevaluasi tingkat kemajuan:
  1. Tidak konsisten melaksanakan planning
  2. Ngantuk, malas, dan capek
  3. Gadget
  4. Tidak tahu besok mau melakukan apa sehingga bermalas-malas

Langkah 3:
Membuat program kontrol diri:
  1. Saya tahu konsultasi setiap dua minggu sekali itu berat, tapi ini untuk menjaga semangat saya dan tetap fokus pada proyek saya.
  2. Saya tahu membaca jurnal terutama bahasa asing itu sangat membosankan, tapi jika saya tidak membaca saya sama halnya seperti seorang plagiat yang mengajarkan tesis tanpa paham kontennya.
  3. Saya tahu untuk fokus itu sulit, tapi orang tidak akan pernah mencapai pada hal yang diinginkan tanpa adanya fokus dan konsisten.
  4. Saya tahu menemukan banyak kesalahan di skripsi kita itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi jika kita mengundur kelulusan kita.
  5. Saya tahu semester 3 ini teman-teman saya sudah menyelesaikan kuliah, sementara saya masih ada kuliah 6 sks. ITU TIDAK MASALAH BAGI SAYA DAN SAYA BERHAK LULUS TEPAT WAKTU LEBIH AWAL DARIPADA MEREKA YANG SUDAH SELESAI MATERI DI SEMESTER 3 INI!
  
Langkah 4:

Buat program pemeliharaan:

      Februari            :  Acc Judul Penelitian dan Proposal Tesis oleh Pembimbing
      Maret                :  ACC Proposal Thesis
      April                 :  Lulus TPA
      Mei                   :  Seminar Kompre
      Juni                   :  Revisi Seminar Kompre
      Juli                    :  Seminar Hasil
      Agustus            :  Revisi Seminar Hasil
      September        :  Ujian Tesis
      Oktober            :  Pendaftaran

2. Catat semua revisi dari dosen pembimbing secara mendetail

Bermasalah dengan dosen pembimbing adalah momok yang seringkali menghambat target yang ditentukan. Salah satunya dikarenakan adanya mispersepsi saat melakukan revisi. Upayakan untuk merekam semua perkataan dosen saat bimbingan. Dengarkan kembali apa yang sudah dibicarakan dosen lalu catat secara mendetail. Ini dapat memudahkan dosen pembimbing juga saat merevisi tesis kita. Karena terkadang dosen pun juga lupa apa saja yang dosen minta saat merevisi tugas kita.

3.   Bangun komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing

Ini menjadi catatan penting saat melakukan bimbingan. Jangan sampai kita mendadak menghilang karena belum sanggup menyelesaikan revisi yang dosen minta. Buatlah target tanggal kapan kalian akan menemui lagi dosen pembimbing. Usahakan seminggu sekali menemui dosen entah itu untuk mengajukan revisi atau hanya sekedar minta pendapat dan berdiskusi. Itu kan menjadi lebih baik daripada harus menghilang lama karena belum menyelesaikan revisi.
Sesekali kita juga boleh memberikan hadiah seperti cemilan sebagai ucapan terimakasih karena dosen sudah bersedia  meluangkan waktu untuk bertemu dengan kita (Ingat bukan nyogok ya, tapi hanya untuk membangun silaturahm yang baik). Dengan adanya upaya ini, hal ini dapat membantu student mom untuk bisa mencapai target yang ditentukan. Pun juga student mom dapat lebih optimal dalam membagi waktu antara kegiatan akademik dengan mengurus rumah tangga. 


Tuesday 19 November 2019

ASAH KETERAMPILAN PRA MENULIS SEBELUM AJARKAN ANAK CALISTUNG


Keterampilan menulis seringkali dianggap sebagai kompetensi dasar dan tolok ukur anak untuk siap sekolah. Udah mau masuk SD, udah bisa nulis belom? Begitu kira-kira kalau para orang tua sedang ngerumpi menanyakan kesiapan anak sekolah.

Gak hanya itu, bimbel calistung juga semakin naik daun dari tahun ke tahun. Hampir semua anak-anak di komplek saya kalau anaknya belum masuk TK, ya diikutin TPA atau diikutin les calistung sama orang tuanya. Karena gak pernah tau di les itu anak belajar nulisnya kayak gimana ya saya gak bisa kasih penilaian bahkan menjudge.

Baca juga hal yang perlu disiapkan sebelum anak membaca

Namun terlepas dari itu semua, yang perlu ortu ketahui adalah proses menulis pada anak-anak itu sangat berbeda dari orang dewasa. Belajar menulis pada anak-anak adalah hal yang sangat kompleks karena diperlukan koordinasi kognitif, motorik, maupun neuromotorik.


Bahkan saat saya ikut seminarnya bu  Dr Indun Lestari Setyono, Psikolog Sekolah, beliau bilang kalau anak bisa melompat itu juga ada kaitannya dengan bagaimana ia bisa menulis ntar. Nah loh kita sebagai ortu gak kebayang kan bakal sekompleks itu. Apalagi tantangan para ortu milenial saat ini anak-anak gak bisa lepas dari yang namanya gadget. Bakal diperlukan effort yang lebih besar loh untuk mengajari anak nulis.  Yuk makanya jangan males ngilmu dan cari tahu sebelum anak dikirim les sana dan sini.

baca juga: kenapa ngajar anak nulis di jaman serba gadget itu susah

Awalnya anak mulai belajar mencoret-coret saat usia 2 tahun. Anak mula-mula belajar membuat garis vertikal, horisontal, lalu melingkar. Baru setelah itu mulai berkembang dari hal sederhana ke coretan yang lebih kompleks. 

Begitu pun betul adanya kalau proses perkembangan kognitif berawal dari hal konkret ke hal abstrak. Gimana bisa sih tiba-tiba nyuruh anak menulis huruf alphabet padahal gak ngerti huruf A itu apa, anaknya siapa, semalam berbuat apa. Eaa malah jadi nyanyi lagunya mamas Andika.

Sebelum anak benar-benar diajarin menulis, ada baiknya ortu mengenalkan terlebih dahulu tahap reading readiness (pre-writing) skill. Apaan tuh ya pre-writing skill? Keterampilan pra-menulis (pre-writing skill)  adalah keterampilan dasar yang perlu dikembangkan anak-anak sebelum mereka mampu menulis. Keterampilan ini berkaitan dengan  kemampuan anak untuk memegang dan menggunakan pensil, dan kemampuan untuk menggambar, menulis, menyalin, dan mewarnai. 

Keterampilan yang diperlukan pada tahap pre-writing meliputi:

1. Kemampuan memegang dan menggerakan alat tulis

Yaitu bagaimana cara anak memegang dan menggerakkan alat tulisnya dengan baik. Hal ini diperlukan beberapa keterampilan sebagai berikut:
  • Hand division: bagaimana jari jemari berkoordinasi satu sama lain untuk memegang alat tulis. Jari telunjuk dan ibu jari mengangkat penisl sementara jari lainnya menguatkan.

  • Object Manipulastion: Kemampuan memanipulasi alat- alat dengan terampil termasuk memegang dan memindahkan pensil dan gunting), mengendalikan alat sehari-hari seperti sikat gigi,sirir, peralatan makan)

  • Integrasi bilateral: Menggunakan dua tangan bersamaan dengan satu tangan Memegang dan menggerakkan pensil dengan tangan dominan sedangkan tangan lainnya membantu dengan memegang kertas tulis).

  • Kekuatan tangan dan jari: Kemampuan untuk mengerahkan kekuatan melawan perlawanan menggunakan tangan dan jari yang memungkinkan kekuatan otot yang diperlukan untuk pergerakan pensil yang terkontrol.


2. Kemampuan persepsi bentuk

Bagaimana sih anak bisa belajar tentang persepsi bentuk? Ya kenalkan anak dengan benda yang memiliki bentuk berbeda. Kenalkan itu juga gak harus dibilang ini limas, ini persegi panjang seperti itu juga. Tapi biarkan sensori anak mengenal macam-macam benda yang ia sentuh. Misal mintalah anak untuk menyentuh bola dan bentuk balok. Maka anak akan merasakan kalau kedua bentuk tersebut memiliki perbedaan. 

Bisa juga dengan permainan puzzle. Dari permainan puzzle anak akan belajar mencocokan bentuk yang sesuai. Semakin kecil potongan puzzle maka semakin terasah kemampuan persepsi bentuknya.
Bisa juga dengan memotong apel menjadi beberapa potongan. Lalu minta anak untuk menyusun kembali menjadi satu kesatuan buah apel. Ini juga bisa moms lakukan di rumah dengan menggunakan bahan makanan yang ada.

3. Kemampuan cara menggerakkan jari untuk membentuk huruf yang dibuat. 


Gimana nih agar anak bisa menggerakkan jari dengan baik dan benar? Stimulasi anak agar motorik halusnya bisa lebih terasah. Salah satu cara untuk mengasah gerakan jari anak bisa dengan body image awareness. 

Jadi body image awareness itu adalah bagaimana cara kita dapat menghayati anggota tubuh kita agar si anak bisa mendeteksi bagian anggota tubuhnya. Jika anak sedang mengeluh kesakitan pada anggota tubuhnya, minta anak menyebutkan anggota tubuh yang sakit di bagian mana. Bagian kaki misalnya. Kaki bagian mana? lutut, paha, betis, atau tumit? Nah itu harus jelas dan selalu ajarkan anak untuk menjelaskan bagian secara spesifik.

Baru setelah itu anak belajar mengenal huruf abjad atau angka. Sebelum anak diminta menulis, kenali dulu bentuk-bentuk abjad dan huruf yang ditulis. Kembali lagi saat mengenalkan anak, selalu optimalkan keterampilan sensorinya. Misal mengenalkan anak huruf A melalui kertas kasar/amplas. Minta anak menghayati dan merasakan bentuk huruf A pada kertas yang bisa diraba. Baru setelah anak bisa merasakan, anak bisa diajak untuk menulis huruf A. 

4. Kemampuan mengatur besaran dari huruf-huruf yang harus ditulis. 

Biasakan anak belajar menulis pada space yang ditentukan. Jadi anak juga belajar otoritas dimana aja anak berhak menulis. Misal jika anak sedang belajar menulis di atas kertas. Kertas bergaris dapat mebantu anak untuk menentukan besar kecil huruf. Tapi ini kalau anak sudah mulai terasah kemampuan pra menulisnya ya :)

5. Kemampuan mengingat cara membentuk huruf atau angka yang harus ditulis. 

Pada dasarnya semua orang memiliki faktor lupa. Begitu Pula dengan anak-anak. Latihan setiap hari dapat menguatkan anak untuk mengingat apa yang ia tulis. Tapi pastikan waktunya tidak terlalu lama ya. Cukup 15 menit per hari agar anak dapat mengingat huruf yang ia tulis. 


Pencapaian Pra Menulis sesuai dengan Tahap Usia

Semasa kuliah dulu, saya pernah dikenalkan dengan alat test Visual Motor Integration. Tes ini terdiri dari beberapa kotak. Di dalamnya ada garis dan titik. Di tes ini anak diminta untuk mengikuti gairs yang ada dalam kotak, menyambungkan, dan lain sebagainya. 

Waktu itu testi saya usia 3 tahun dan 5 bulan. Memang ternyata anak 3 tahun dan 5 tahun punya pencapaian yang berbeda. Anak 3 tahun umumnya baru mulai meniru garis veritkal horisontal. sementara anak 5 tahun sudah bisa menyalin bentuk yang lebih kompleks.

Berikut terlampir tahap pencapaian keterampilan pra menulis anak berdasarkan usianya:

Usia
Pencapaian Pra Menulis
1-2 tahun
Coretan secara acak
Coretan spontan dalam arah vertikal / horizontal dan / atau melingkar
Meniru arah horizontal / vertikal / melingkar
2-3 tahun
Meniru garis horizontal
Meniru garis vertikal
Meniru lingkaran
3-4 tahun
Salinan garis horizontal
Salinan garis vertikal
Menyalin lingkaran
Meniru +
Meniru / dan \
Meniru kotak
4-5 tahun
Salinan +
Melacak garis
Salinan kotak
Salinan a / dan \
Meniru X
Meniru Δ
Pegang pensil pada posisi menulis
5-6 tahun
Salinan X
Salinan Δ
Mengenali antara garis atau kurva besar dan kecil


Aktivitas yang Mampu melatih keterampilan Pra Menulis

Setiap anak memiliki speed yang berbeda pada pelajaran tertentu. Jadi jangan sampai banding-bandingkan dengan yang lain ya moms. Terus yakinkan pada diri kalau anak mampu melewati proses tersebut dengan kemampuan mereka masing-masing. Dan jangan lupa untuk memberikan stimulus terbaik agar anak bisa lebih terampil sebelum belajar menulis. 

Aktivitas apa aja nih yang bisa moms laukan dengan anak untuk mengasah ketrampilan pra menulis?


Kegiatan apa yang dapat membantu meningkatkan keterampilan kesiapan menulis (pra-menulis)?
1. Kegiatan meronce dengan kancing dan tali

2. Bermain dengan play doh, meremas-remas, membentuk playdogh dapat menstimulasi motorik halus maupun koordinasi dalam membuat bentuk



3. Kegiatan Menggunting seperti memotong bentuk geometris untuk kemudian menempelkannya bersama untuk membuat gambar seperti robot, kereta api atau rumah.

4. Kegiatan Menjepit benda yang dipindahkan ke tempat lain

5. Menggambar atau menulis pada permukaan vertikal.
6. Aktivitas sehari-hari yang membutuhkan kekuatan jari seperti membuka wadah dan toples.
7. Menggambar Bentuk pra menulis: Berlatih menggambar bentuk pra-menulis (l, -, O, +, /, kotak, \, X, dan Δ).
8. Permainan jari: yang melatih gerakan jari tertentu seperti Incy wincy Spider.


9. Membuat Kerajinan: Buat barang-barang menggunakan kotak-kotak tua, karton telur, wol, kertas, dan selotip.
10. Membuat Konstruksi seperti Bangunan dengan duplo, lego, mobilo atau mainan konstruksi lainnya.


Nah, dari serangkaian tulisan yang begitu panjang ini, semoga parents bisa mulai observasi keterampilan pra menulis anak ya. Amati, stimulus, dan didik dengan cinta yang paling utama. Memaksakan apa yang tidak disukai anak akan membuat anak justru semakin menghindari aktivitas tersebut. Jadi diperlukan ekstra stok kesabaran dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Selamat menemani buah hati ayah bunda di rumah ya :)

Friday 15 November 2019

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM MELATIH ANAK MEMBACA

CALISTUNG. Baca-tulis-hitung. 3 hal yang sampai saat ini selalu diperdebatkan oleh para instansi pendidikan dan juga orang tua. Mengajarkan anak calistung terlalu dini diprotes, tidak mengajarkan calistung di sekolah diprotes juga.

anak belajar membaca
Archy serius baca buku saat ikut mama mengajar di kampus

Sampai-sampai sekolah Taman Kanak-kanak selalu dijadikan “gawang” bagi orang tua agar si anak harus segera bisa CALISTUNG sebelum masuk SD. Alasannya di beberapa SD calistung menjadi persyaratan utama agar anak bisa masuk sekolah.

Padahal aturan pemerintah jelas menyebutkan jika calistung tidak wajib menjadi persyaratan anak bisa masuk SD. Beberapa TK ada yang berupaya untuk tidak memforsir siswanya belajar calistung. Tapi orang tualah yang meminta diajarkan calistung. Sekolah ikut pusing, orang tua pun semakin pusing.

Baiklah, terlepas dari kontroversi calistung ini, ada baiknya kita bahas satu persatu kapan anak siap belajar 3 hal tersebut dan keterampilan apa yang diperlukan anak untuk belajar baca, tulis, dan hitung. Dan pada artikel kali ini, saya akan terlebih dahulu membahas tentang belajar Membaca.

Membaca memang keterampilan dasar yang diperlukan anak untuk memahami tulisan dan sebagai jendela dunia untuk mengetahui segala sesuatu, baik itu tulisan dari buku, internet, jurnal, dan lain sebagainya. Jadi kalau anak sudah bisa membaca, maka seharusnya ia sudah  bisa mengucapkan kata dengan baik dan dapat memahami suatu konsep.
keterampilan membaca anak



Kok bisa sih? karena keterampilan tersebut sangat dibutuhkan ketika anak bisa belajar membaca. Terus keterampilan apa lagi nih yang dibutuhkan agar anak bisa belajar membaca? Let's check it out!

Kebutuhan Keterampilan dalam Membaca
keterampilan membaca pada anak


Saat anak belajar membaca, pastikan orang tua sudah memberikan kebutuhan keterampilan yang menunjang anak belajar membaca dengan baik.Beberapa keterampilan yang dibutuhkan antara lain:

1. Keterampilan berbicara


Saat anak belajar membaca, anak akan belajar melafalkan huruf dan kosa kata yang diajarkan oleh guru maupun orang tua. Semakin naik ke tahap selanjutnya, anak akan belajar melafalkan kosa kata dan kalimat. Jadi keterampilan berbicara pada anak juga harus diperhatikan agar si anak bisa melafalkan bacaan dengan baik dan benar.

2. Kemampuan persepsi auditif dan visual

Kalau membahas tentang auditif dan visual, maka hal tersebut berkaitan dengan pendengaran dan penglihatan. Kemampuan visual akan menunjang anak agar bisa fokus pada apa yang dibaca. Jadi gak hanya kesehatan mata saja yang menunjang visual anak dengan baik, tapi juga postur tubuh yang baik juga diperlukan si anak agar penglihatannya bisa fokus pada apa yang dibaca.

3. Kemampuan memahami konsep

Pastikan anak sudah mampu memahami konsep sehingga ia bisa mengkategorikan sesuatu.Misalnya konsep kendaraan itu ada mobil, motor, kereta api. Buah itu ada apel, pisang, nanas, pepaya. Saat anak paham tentang konsep benda, maka kemampuan matematika dan bahasanya pun juga terasah. Jadi pastikan moms optimal berkomunikasi dengan anak ya supaya pemahaman konsepnya semakin baik.

4. Kemampuan mengenali artikulasi pengucapan kata.

Terkadang orang dewasa suka gemes ya lihat anak lagi belajar berbicara yang terkadang pelafalan masih suka nabrak sana sini. Padahal kalau anak salah melafalkan, baiknya harus segera kita islah bukannya ditertawakan bahkan diikuti biar terkesan lucu. Kalau anak tidak pernah diperbaiki saat bicaranya salah, maka anak akan mengulanginya terus-menerus. So, harus rajin-rajin koreksi kalau anak salah saat melafalkan kata ya moms.

5. Kemampuan mengingat

Kemampuan mengingat pada dasarnya juga berkaitan dengan kemampuan audio-visual anak. Kalau audio-visual anak bagus, maka ia juga bisa fokus pada hal yang ia amati.

6. Kemampuan memfokuskan perhatian

Saat anak bisa fokus untuk tenang dalam waktu 30 menit, maka anak akan lebih mudah memperhatikan apa yang diajarkan. Kemampuan memfokuskan sesuatu juga sangat berkaitan dengan kemampuan kreativitas.

Jadi, ada 6 kebutuhan keterampilan yang harus moms perhatikan pada anak ya saat mengajarkan anak membaca. Tapi sebenarnya moms bisa ajarkan anak tahap pra membaca membaca sejak usia dini loh, bahkan sejak usia 0 tahun.

Tahap Pra Membaca
Tahap ini moms bukan cuman sekedar berharap anak bisa membaca, tapi juga menyukai dan mencintai membaca. Seringkali kita banyak temukan kursus membaca anak yang dipenuhi dengan berbagai macam worksheet. Efeknya membaca menjadi momok yang membosankan pada anak dan anak jadi malas membaca. Namun jika kita membiasakan melakukan aktivitas pra membaca sedini mungkin, anak akan familiar dengan buku dan menjadikan membaca menjadi rutinitas sehari-hari.

Btw, tahap pra membaca ini pertama kali saya ketahui dari baca artikelnya mbak Julia Sarah Rangkuti seorang praktisi pendidikan dan juga montessori. Jadi saya akan reshare apa yang saya baca dari artikel tersebut ya.

Menurut Cochrane Efal, ada beberapa tahap perkembangan membaca pada anak:

1. Tahap Fantasi
tahap dimana anak belajar menggunakan buku, seperti membolak-balik halaman, memegang, dan membuka buku

2. Tahap Pembentukan Konsep diri
pada tahap ini anak mulai mengenal buku untuk pretending play, seperti pura-pura membaca, membahasakan gambar yang ada di dalam buku dengan versinya sendiri.

3. Tahap Membaca Gambar
Anak sudah mulai memahami tulisan pada gambar dan sudah mulai mengenal abjad

4. Tahap Pengenalan Bacaan
Anak sudah mulai tertarik dengan tulisan bacaan, mulai mengingat tulisan pada konteks tertentu lalu mengaitkannya dengan apa yang ia amati di lingkungannya yang memiliki tulisan serupa.

5. Tahap Membaca Lancar
Tahap dimana anak sudah mulai bisa mengenal abjad dan dapat membaca kosa kata dengan lancar.
So, lebih enak mana nih moms, mengajarkan anak membaca secara instan dengan diberikan worksheet terus menerus, atau menikmati proses yang ada untuk mencintai anak membaca buku sedini mungkin? I choose second choice. Gak hanya anak menikmati belajar membaca, tapi juga membangun bonding anak dan orang tua melalui bercerita.

Saya ada sedikit cerita tentang Archy anak pertama saya yang saat ini berusia 3 tahun 2 bulan. Waktu kita liburan ke Singapore, kita berjalan kaki bersama menuju ke stasiun MRT terdekat. Saat di perjalanan, kami melewati rumah sakit yang bertuliskan Hospital. Tiba-tiba Archy nyeletuk ke papanya, “Papa, itu rumah sakit ada pak dokter.” Sontak suami saya kaget. Kebetulan kami memang berproses mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Namun kami memiliki buku anak-anak berbahasa bilingual. Salah satunya ada yang bercerita tentang rumah sakit. Rupanya Archy ingat jika hospital yang tertulis di buku itu serupa dengan tulisan yang ada di gedung yang dia lewati.


anak usia 3 tahun yang mulai banyak kosakata, banyak bertanya, dan semakin banyak mengeksplorasi hal sekitar

Selain itu setiap kali menemukan benda yang berbentuk seperti huruf, ia langsung menyebutkan abjad yang sesuai dengan bentuk benda yang dia temukan. Misal waktu main ayunan kemarin kebetulan tiangnya berbentuk huruf A. Sontak dia bilang ke saya kalau itu huruf A.

Kebetulan selain rutin membacakan buku ke anak-anak sebelum tidur, saya juga sering memberikan tontonan video tentang lagu anak yang mengenalkan tentang fonik. Fonik adalah cara untuk melafalkan bunyi dari huruf yang sesuai dengan fonetiknya. Moms bisa cari di youtube lagu fonik anak-anak. Saya juga akan share video lagu fonik yang biasa saya tonton bersama Archy dan Aisyah.

Nah, ternyata mudah kan mengajarkan membaca ke anak? Mari mulai mempersiapkan keterampilan yang dibutuhkan anak sebelum diajarkan membaca supaya anak gak hanya bisa baca tapi juga mencintai membaca ya moms :)

Wednesday 13 November 2019

DESTINASI WISATA ANTI MAINSTREAM: Campus Tour ke National University of Singapore (NUS)

Biasanya, jika keluarga sedang berlibur ke luar negeri, destinasi mereka tidak terlepas dari tempat-tempat wisata yang ada di negara tersebut hingga menikmati wisata kuliner khas yang ada. Tapi hal itu tidak berlaku bagi kami. Kami? emaknya aja kaliii (suamiku pasti protes :P) Iya. Saat berlibur ke Singapore, tidak hanya untuk ajang berwisata dan bersilaturahmi, kami juga mengadakan edutrip ke kampus ternama dan paling top di Singapura.

Sebenarnya inisiatif ini emang berawal dari saya. Ya kali bawa anak suami ngapain juga kok liburan cuman lihat-lihat kampus (LOL). Eits, jangan salah. Ini ada sejarahnya lo kenapa saya kekeuh memasukan Campus Tour sebagai list wajib kalau lagi jalan-jalan ke luar negeri.

Sejarah Mengapa Harus Campus Tour

Jadi gini, sewaktu mamanya Archy masih gadis, mama pernah ikutan short course di Chulalongkorn University, kampus paling top yang ada di Thailand. Ya semacam UGM nya Indonesia kali ya kalo di sini.


kampus Thailand



Suatu hari, habis kelas bahasa saya dan teman saya Gabie punya rencana untuk mencari gedung jurusan kita masing-masing di kampus ini. Kebetulan Gabie adalah mahasiswi jurusan keperawatan di UGM. Saya mahasiswi jurusan psikologi di UMS. Kami berdua dipertemukan di program semacam short course untuk belajar budaya Thailand di Faculty of Arts, English Department, Chulalongkorn University.

Berbekal nekat dan google map yang gak begitu canggih pada masa itu, akhirnya pukul 3  kita langsung cus ngebolang habis kuliah. Pertama kita nyari jurusannya si Gabie, jurusan keperawatan. Kita nyari-nyari jurusan ini dibawah naungan fakultas apa dulu, terus fakultasnya gedungnya dimana.
Makin lama kok makin kacau gak nemu-nemu lokasinya. Kita nanya mahasiswa disitu, eh banyak juga yang kagak ngerti bahasa Inggris. Hopeless bener jadinya. Sudah 1 jam lebih kita muter-muter kampus dan belum ketemu juga. Sempet juga kita bela-belain masuk gedung ke lantai 17. Hasilnya zonk. Gak taunya isinya gudang yang nampak horror dari kejauhan.

Waktu di lift mau turun, kita se lift sama bapak ibu yang udah sepuh gitu. Mungkin beliau professor yang udah mau pensiun kalau dilihat dari wajahnya. Curigalah mereka kalau kita bukan mahasiswi sini. Dan lebih bahagia lagi mereka bisa bahasa Inggris. Fiyuhh, at least merasa terbantu kalau kita mau nanya-nanya sesuatu.

Kemudian nanya lah kita dimana gedung keperawatan dan jurusan psikologi. Si bapak bilang itu lokasinya bukan disini. Tapi di kampus sebelah. Kebetulan jurusan keperawatan sama psikologi sama-sama di kampus itu. Jadi ibaratnya yang kampus pusatnya itu kampus A dan juga ada kampus B. Welah, hampir 2 jam kita muter-muter kagak taunya bukan di kampus yang ini.

kampus bangkok


Dia bilang kampus B nya emang gak terlalu jauh dari sini. Cuman ya tetep harus naik taxi atau transport umum kalau mau kesana (sama aja kali pak, itu jauh -_-). Tapi jangan khawatir, saya anterin ke sana kok.
What? Dianterin? *Jingkrak-jingkrak*

Secara muka udah lusuh banget, kelaperan, dan semacamnya. Eh si bapak bersedia anterin kita ke lokasi tujuan. Awww senangnya. Di mobil beliau pun kita cerita-cerita seputar perkampusan karena kebetulan si bapak juga dosen di kampus itu.Sampai lokasi di kampus 2 akhirnya kita menuju ke kaprodi kita masing-masing.

Bahagialah akhirnya aku dan  Gebie bisa foto di depan logo, meski kampusnya udah sepi banget. You know? setelah perjalanan puanjang dari jam 3 sore, kita baru ketemu gedung tujuan kita pada jam setengah 6. Ya jelas mahasiswanya udah pada pulang (LOL).Meski kampus sudah mulai sepi, rupanya masih ada beberapa mahasiswa bersliweran di kampus. Mungkin karena masih ada tugas atau memang sudah akan bergegas pulang.

Saat menanyakan jalan pulang, saya bertanya dengan 2 mahasiswi berhijab yang mengenakan seragam hitam putih, seragam khas anak Chulalongkorn. Saya tanya dimana lokasi menuju stasiun MRT.

Dengan bahasa Inggris sepatah-dua patah kata, gak taunya dia malah ngajakin ngobrol pakai bahasa melayu. Ternyata 2 mahasiswa itu asal Patani, Thailand Selatan yang kebetulan sebagian besar menggunakan bahasa Melayu. Setelah ngobrol sana-sini, ternyata si mahasiswi itu punya adek yang sedang sekolah di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Surprisingly, saya langsung cerita kalau pernah 7 tahun belajar disana. Dia akhirnya juga exited tanya-tanya bagaimana suka dukanya belajar di sana biar dia juga bisa memotivasi adeknya belajar di Gontor sampai jadi siswa akhir KMI. Yah, berbagi memang sangat menyenangkan dan bertemu saudara di negeri orang memang sangat membahagiakan. Meski alumni Gontor tersebar di seluruh belahan dunia, kali ini saya akui eksistensinya berkontribusi bagi bangsa dan negara. As our motto is “Gontor laksana Ibu Kandungku”.

Sejak saat itu, saya jadi ketagihan memasukan Campus Tour sebagai list destinasi wisata saat kunjungan ke luar negeri. Saya penikmat hal yang penuh dengan petualangan dan cerita. Yang mungkin kelak bisa saya ceritakan juga ke anak cucu saya.

Gabie, temen ngebolang. Btw foto kita ngebolang di kampus ternyata ilang bersamaan dengan ilang dan rusaknya harddiskku :(


Campus Tour ke National University of Singapore

Awalnya saya tidak merencanakan NUS sebagai rencana liburan saya kali ini. Tapi saya keinget kejadian di Chula, pumpung liburannya bebas dan tidak terikat acara apapun seperti biasanya kenapa nggak gitu.
National University of Singapore
depan NUH sebelum menunggu shuttle bus tiba




Baiklah, akhirnya saya mulai cari informasi di web resmi NUS. Ternyata campus tour juga sering dilakukan oleh beberapa orang untuk menikmati kampus terkemuka ini. Ada dua pilihan yang saya temui, yaitu group tour dan self tour. Kalau grup tour, kita diwajibkan untuk registrasi terlebih dahulu dan mengisi formulir yang dilampirkan. Sementara untuk self tour kita bisa datang kapan saja dan menikmati berkeliling kampus dengan menggunakan shuttle bus gratis.


Tiba-tiba, saya juga keinget kalau mba Okky Madasari sedang ambil Ph.D disana. Dulu mbak Okky itu tutor saya saat mengikuti pelatihan menulis #ceritakertas yang diselenggarakan oleh Qureta dan Sinar Mas. Iseng-iseng saya DM beliau.

(baca juga cerita workshopku bareng mbak Okky:)
https://www.qureta.com/next/post/memenjarakan-mata-pembaca

Saya bilang hari Senin saya mau kesana untuk sekedar self tour. Ternyata dibales dan mba Okky bilang kalau hari Senin itu ada Deepavali, hari raya orang India. Di Singapore hari Senin ini hari libur nasional. Tapi kalau cuman mau maen doank yang gapapa sih. Cuman ya sepi karena kampus libur.


shuttle bus NUS

Hiaa, masak ke kampus waktu libur. Gimana ya. Tapi yaudah lah kesana aja daripada gak jadi ke NUS nanti malah kebawa mimpi terus haha. Yes, karena mba Okky bersedia nemenin saya jalan-jalan di kampus yaudah lah ya hari Senin kita jadi berangkat ke NUS.


Berhubung selama di SG kita menginap di kawasan Bugis Street, akhirnya kita memulai perjalanan dari stasiun MRT Bugis. Untuk menuju ke NUS, kita perlu transit sekali di stasiun Botanic Garden lalu ganti line lain. Perjalanan memakan waktu 30 menit. Akhirnya kita sampai di halte National University Hospital. 


Dari stasiun kita jalan seikit menuju ke halte bus A1. Bus A1 berwarna orange adalah shuttle kampus yang dapat kita gunakan untuk berkeliling kampus secara gratis. Sebenarnya selain ketemu sama mbak Okky, tujuan saya juga ingin mengunjungi kaprodi Psikologi di kampus ini. Akhirnya saya tanya-tanya mahasiswa yang sama-sama naik bus dimana letak jurusan psikologi.


Kenalan sama mahasiswa NUS dari Pakistan dan etnis India


Berhubung naik shuttle bus keliling kampus juga lumayan lama, saya iseng ngobrol sama cewek yang kebetulan berdiri di samping saya. Sepintas si cewek memang muka-muka India gitu jadi saya iseng nanya kenapa dia malah ke kampus bukannya orang-orang India lagi deepavali. Terus dia bilang kalau dia lagi ada tugas yang harus dikerjain. Terus kita ngobrol ngalor-ngidul tentang NUS dan dia cerita gimana ahirnya bisa lolos masuk NUS. Sekarang dia mahasiswi semester 3 jusuran Biologi kalo gak salah. 


Ngobrol kita berujung dengan pertanyaan saya tentang dimana lokasi department of Psychology. Dia langsung tahu dan suruh saya turun di halte Campus Library. Lokasinya ada di dalam library tapi harus naik ke gedung lantai 2.  Berhubung dia bakal turun duluan, dia bilang kalau saya bakal turun 2 halte lagi setelah dia. 


Setelah si mahasiswi turun, gak taunya ada mahasiswa di samping saya nguping pembicaraan kita. Dia nanya apakah benar saya mau cari Dept of Psy. Saya bilang iya. Eh ternyata dia bilang kalau dia mau bantuin nyari lokasinya. Wah, kok orang ini  diem-diem nguping dan bersedia bantuin kita nyari tempatnya.



poster yang terpampang di department of Psychology, NUS
Ya sudahlah ya, tanpa curiga gimana kita ikutan si cowok itu turun di halte Campus Library. Ternyata Dept of Psy ini lokasinya pelosok banget. Kita naik turun tangga dan lift sampai kebingungan nyari tempatnya. Si mahasiswa yang anter kita pun nanya sana-sini karena dia juga gak tau pasti lokasinya dimana. 
Saat nyari-nyari, kita sempetin ngobrol. Ternyata dia mahasiswa asal Pakistan. Dia ambil teknik sipil. Sekarang udah lulus dan bekerja disini. Jadi karena sama-sama engineer suami lah yang banyak ngobrol sama dia. 
Setelah beberapa menit akhirnya ketemu juga tempatnya. Saya langsung nylonong masuk Psychology Laboratorium. Lab nya lengkap banget. Ada lab PIO, brain and behavior lab, social neuroscience lab, psy trauma and resilience lab, dan masih banyak lagi. Kayaknya mereka banyak fokus di penelitian tentang mind brain dan sejenisnya. Terlihat poster-poster yang terpampang adalah penelitian tentang cognitive and neuro psychology.
foto depan Psychology Laboratorium

In my opinion sih ya, masih bagusan gedung Psikologi UGM karena lebih luas dan nyaman. Entah dari campus tour ke Chula dan NUS, dept of psy tempatnya selalu nyempil gak keliatan sampai orang baru bakal kesusahan buat nyari. Ya mungkin barangkali psy bukan termasuk jurusan unggulan di sini. Jadi ya tempatnya agak “masuk” banget gitu :D

Ketemuan sama Okky Madasari di NUS
Udah puas observasi dan berfoto ria akhirnya kita turun dan menuju ke lokasi selanjutnya, PGPR apartment tempat mba Okky sekeluarga tinggal. Sampai apartment kita disambut hangat oleh mba Okky. Ada putri cantiknya namanya Rayya langsung ajakin Archy main ke playground. Anak kecil mah gitu ya. Baru kenalan sebentar udah akrab sampai ketawa cekikikan.
bertemu okky madasari di NUS
foto sama mba Okky depan shuttle bus
Ternyata mb Okky disini baru memulai perkuliahan semester 1. Beliau ambil Sociology yang ternyata tadi satu gedung sama Psikologi. Mbak Okky emang udah lama tinggal di sini karena sebelumnya dia pernah diminta mengajar juga di sini sebagai program Fellowship. Keren banget ya jadi dosen di NUS.
Sementara suaminya yang jurnalis Jakarta Post juga berencana melanjutkan studi di sini. Makanya semuanya udah diboyong tinggal di apartemen NUS. Btw apartement ini memang dikhususkan untuk mahasiswa internasional. Ada apartemen untuk mahasiswa yang masih single dan ada juga apartemen mahasiswa yang bawa keluarga. 
bertemu okky madasari di Singapura
foto di salah satu ruangan PGPR apartemen
Untuk apartemen keluarga difasilitasi dengan playground, taman, dan kolam renang. Persis kayak apartemennya mbak Irin di kembangan. Mungkin standar apartemen disini harus dilengkapi semua fasilitas itu jadi anak tetap punya space untuk bermain, mengingat kalau di apartemen mulu yang ukurannya kecil itu ruang gerak anak terbatasi. 
temen baru Archy, kak Rayya
Setelah ngobrol sana sini akhirnya jam 4 kita pulang. Kebetulan mbak Okky juga mau pergi ke Bugis Street jadi kita bareng-bareng menuju ke stasiun MRT. Archy happy banget main sama anak mbak Okky, Rayya. Aisyah as always anteng senyum-senyum sambil lihat kakaknya main. So today we create meaningful memories and it will be memorable even the kids will grow rapidly. I hope so :)

Campus Tour sebagai destinasi wisata keluarga, Why Not?


Bisa dibilang, anak-anak saya memang sangat familiar dengan dunia perkampusan. Saya mengandung dan melahirkan Archy saat sedang studi S2 di UGM. Setelah lulus, saya hamil anak kedua, Aisyah. Saya mulai mengajar di UIN Raden Fatah, Palembang sampai melahirkan Aisyah saya baru cuti.  Bahkan saat usia 3 bulan, Aisyah ikut saya mengajar. 


Setelah Aisyah sudah mulai banyak bermain, saya tukar Archy yang ikut saya mengajar sejak usia 3 tahun. Archy sudah mulai bisa dikondisikan dan tidak rewel. Saya bawakan dia lego. Kadang ia mainkan legonya kadang ia mencari kesenangan lain tanpa mengganggu saya mengajar.


Jadi saat saya bilang ke Archy kalau hari ini kita ke kampus, dia sih happy-happy aja. Sebenarnya kalau gak libur gini, ada banyak pilihan untuk bisa kita kunjungi di kampus seperti perpustakaan, laboratorium, dan juga berbagai jajaran food court yang bisa dicoba.





main di playground sama kak Rayya

Selain itu, kampus-kampus besar tentunya sangat family friendly terlebih jika harus bawa anak. Ada nursery room untuk ibu menyusui. Jalan kampus dan gedung pun juga didesain ramah bagi pengguna kursi roda dan stroller. Jadi alhamdulillah kemarin Aisyah santai aja tiduran di stroller tanpa pakai drama rewel segala.

Yang paling utama, liburan bareng keluarga adalah moment ayah ibu membangun bonding ke anak dan bagaimana anak bisa memahami profesi orang tuanya sebagai seorang pendidik. Hal itu yang sangat saya harapkan ke anak-anak adalah mereka bisa menjadikan saya figur dan sosok terbaik dalam kehidupannya. Amiiin. Semoga saya bisa memberikan sosok terbaik untuk Archy dan Aisyah.

Tapi sebenarnya siapapun juga bisa mengadakan campus tour apapun profesinya. Misal si anak sudah beranjak remaja pasti dia sudah memiliki angan-angan untuk masuk perkuliahan. Campus tour bisa dijadikan sebagai ajang mengenalkan anak pada dunia perkampusan. Apalagi tour ke kampus terbaik maka anak juga akan semakin termotivasi agar bisa melanjutkan kuliah di kampus tersebut. So, kapan lagi ngajakin anak-anak lihat kampus terbaik di Asia Tenggara? Yuk tambahin campus tour sebagai list destinasi wisata kamu bersama keluarga :)