Wednesday 13 November 2019

DESTINASI WISATA ANTI MAINSTREAM: Campus Tour ke National University of Singapore (NUS)

Biasanya, jika keluarga sedang berlibur ke luar negeri, destinasi mereka tidak terlepas dari tempat-tempat wisata yang ada di negara tersebut hingga menikmati wisata kuliner khas yang ada. Tapi hal itu tidak berlaku bagi kami. Kami? emaknya aja kaliii (suamiku pasti protes :P) Iya. Saat berlibur ke Singapore, tidak hanya untuk ajang berwisata dan bersilaturahmi, kami juga mengadakan edutrip ke kampus ternama dan paling top di Singapura.

Sebenarnya inisiatif ini emang berawal dari saya. Ya kali bawa anak suami ngapain juga kok liburan cuman lihat-lihat kampus (LOL). Eits, jangan salah. Ini ada sejarahnya lo kenapa saya kekeuh memasukan Campus Tour sebagai list wajib kalau lagi jalan-jalan ke luar negeri.

Sejarah Mengapa Harus Campus Tour

Jadi gini, sewaktu mamanya Archy masih gadis, mama pernah ikutan short course di Chulalongkorn University, kampus paling top yang ada di Thailand. Ya semacam UGM nya Indonesia kali ya kalo di sini.


kampus Thailand



Suatu hari, habis kelas bahasa saya dan teman saya Gabie punya rencana untuk mencari gedung jurusan kita masing-masing di kampus ini. Kebetulan Gabie adalah mahasiswi jurusan keperawatan di UGM. Saya mahasiswi jurusan psikologi di UMS. Kami berdua dipertemukan di program semacam short course untuk belajar budaya Thailand di Faculty of Arts, English Department, Chulalongkorn University.

Berbekal nekat dan google map yang gak begitu canggih pada masa itu, akhirnya pukul 3  kita langsung cus ngebolang habis kuliah. Pertama kita nyari jurusannya si Gabie, jurusan keperawatan. Kita nyari-nyari jurusan ini dibawah naungan fakultas apa dulu, terus fakultasnya gedungnya dimana.
Makin lama kok makin kacau gak nemu-nemu lokasinya. Kita nanya mahasiswa disitu, eh banyak juga yang kagak ngerti bahasa Inggris. Hopeless bener jadinya. Sudah 1 jam lebih kita muter-muter kampus dan belum ketemu juga. Sempet juga kita bela-belain masuk gedung ke lantai 17. Hasilnya zonk. Gak taunya isinya gudang yang nampak horror dari kejauhan.

Waktu di lift mau turun, kita se lift sama bapak ibu yang udah sepuh gitu. Mungkin beliau professor yang udah mau pensiun kalau dilihat dari wajahnya. Curigalah mereka kalau kita bukan mahasiswi sini. Dan lebih bahagia lagi mereka bisa bahasa Inggris. Fiyuhh, at least merasa terbantu kalau kita mau nanya-nanya sesuatu.

Kemudian nanya lah kita dimana gedung keperawatan dan jurusan psikologi. Si bapak bilang itu lokasinya bukan disini. Tapi di kampus sebelah. Kebetulan jurusan keperawatan sama psikologi sama-sama di kampus itu. Jadi ibaratnya yang kampus pusatnya itu kampus A dan juga ada kampus B. Welah, hampir 2 jam kita muter-muter kagak taunya bukan di kampus yang ini.

kampus bangkok


Dia bilang kampus B nya emang gak terlalu jauh dari sini. Cuman ya tetep harus naik taxi atau transport umum kalau mau kesana (sama aja kali pak, itu jauh -_-). Tapi jangan khawatir, saya anterin ke sana kok.
What? Dianterin? *Jingkrak-jingkrak*

Secara muka udah lusuh banget, kelaperan, dan semacamnya. Eh si bapak bersedia anterin kita ke lokasi tujuan. Awww senangnya. Di mobil beliau pun kita cerita-cerita seputar perkampusan karena kebetulan si bapak juga dosen di kampus itu.Sampai lokasi di kampus 2 akhirnya kita menuju ke kaprodi kita masing-masing.

Bahagialah akhirnya aku dan  Gebie bisa foto di depan logo, meski kampusnya udah sepi banget. You know? setelah perjalanan puanjang dari jam 3 sore, kita baru ketemu gedung tujuan kita pada jam setengah 6. Ya jelas mahasiswanya udah pada pulang (LOL).Meski kampus sudah mulai sepi, rupanya masih ada beberapa mahasiswa bersliweran di kampus. Mungkin karena masih ada tugas atau memang sudah akan bergegas pulang.

Saat menanyakan jalan pulang, saya bertanya dengan 2 mahasiswi berhijab yang mengenakan seragam hitam putih, seragam khas anak Chulalongkorn. Saya tanya dimana lokasi menuju stasiun MRT.

Dengan bahasa Inggris sepatah-dua patah kata, gak taunya dia malah ngajakin ngobrol pakai bahasa melayu. Ternyata 2 mahasiswa itu asal Patani, Thailand Selatan yang kebetulan sebagian besar menggunakan bahasa Melayu. Setelah ngobrol sana-sini, ternyata si mahasiswi itu punya adek yang sedang sekolah di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Surprisingly, saya langsung cerita kalau pernah 7 tahun belajar disana. Dia akhirnya juga exited tanya-tanya bagaimana suka dukanya belajar di sana biar dia juga bisa memotivasi adeknya belajar di Gontor sampai jadi siswa akhir KMI. Yah, berbagi memang sangat menyenangkan dan bertemu saudara di negeri orang memang sangat membahagiakan. Meski alumni Gontor tersebar di seluruh belahan dunia, kali ini saya akui eksistensinya berkontribusi bagi bangsa dan negara. As our motto is “Gontor laksana Ibu Kandungku”.

Sejak saat itu, saya jadi ketagihan memasukan Campus Tour sebagai list destinasi wisata saat kunjungan ke luar negeri. Saya penikmat hal yang penuh dengan petualangan dan cerita. Yang mungkin kelak bisa saya ceritakan juga ke anak cucu saya.

Gabie, temen ngebolang. Btw foto kita ngebolang di kampus ternyata ilang bersamaan dengan ilang dan rusaknya harddiskku :(


Campus Tour ke National University of Singapore

Awalnya saya tidak merencanakan NUS sebagai rencana liburan saya kali ini. Tapi saya keinget kejadian di Chula, pumpung liburannya bebas dan tidak terikat acara apapun seperti biasanya kenapa nggak gitu.
National University of Singapore
depan NUH sebelum menunggu shuttle bus tiba




Baiklah, akhirnya saya mulai cari informasi di web resmi NUS. Ternyata campus tour juga sering dilakukan oleh beberapa orang untuk menikmati kampus terkemuka ini. Ada dua pilihan yang saya temui, yaitu group tour dan self tour. Kalau grup tour, kita diwajibkan untuk registrasi terlebih dahulu dan mengisi formulir yang dilampirkan. Sementara untuk self tour kita bisa datang kapan saja dan menikmati berkeliling kampus dengan menggunakan shuttle bus gratis.


Tiba-tiba, saya juga keinget kalau mba Okky Madasari sedang ambil Ph.D disana. Dulu mbak Okky itu tutor saya saat mengikuti pelatihan menulis #ceritakertas yang diselenggarakan oleh Qureta dan Sinar Mas. Iseng-iseng saya DM beliau.

(baca juga cerita workshopku bareng mbak Okky:)
https://www.qureta.com/next/post/memenjarakan-mata-pembaca

Saya bilang hari Senin saya mau kesana untuk sekedar self tour. Ternyata dibales dan mba Okky bilang kalau hari Senin itu ada Deepavali, hari raya orang India. Di Singapore hari Senin ini hari libur nasional. Tapi kalau cuman mau maen doank yang gapapa sih. Cuman ya sepi karena kampus libur.


shuttle bus NUS

Hiaa, masak ke kampus waktu libur. Gimana ya. Tapi yaudah lah kesana aja daripada gak jadi ke NUS nanti malah kebawa mimpi terus haha. Yes, karena mba Okky bersedia nemenin saya jalan-jalan di kampus yaudah lah ya hari Senin kita jadi berangkat ke NUS.


Berhubung selama di SG kita menginap di kawasan Bugis Street, akhirnya kita memulai perjalanan dari stasiun MRT Bugis. Untuk menuju ke NUS, kita perlu transit sekali di stasiun Botanic Garden lalu ganti line lain. Perjalanan memakan waktu 30 menit. Akhirnya kita sampai di halte National University Hospital. 


Dari stasiun kita jalan seikit menuju ke halte bus A1. Bus A1 berwarna orange adalah shuttle kampus yang dapat kita gunakan untuk berkeliling kampus secara gratis. Sebenarnya selain ketemu sama mbak Okky, tujuan saya juga ingin mengunjungi kaprodi Psikologi di kampus ini. Akhirnya saya tanya-tanya mahasiswa yang sama-sama naik bus dimana letak jurusan psikologi.


Kenalan sama mahasiswa NUS dari Pakistan dan etnis India


Berhubung naik shuttle bus keliling kampus juga lumayan lama, saya iseng ngobrol sama cewek yang kebetulan berdiri di samping saya. Sepintas si cewek memang muka-muka India gitu jadi saya iseng nanya kenapa dia malah ke kampus bukannya orang-orang India lagi deepavali. Terus dia bilang kalau dia lagi ada tugas yang harus dikerjain. Terus kita ngobrol ngalor-ngidul tentang NUS dan dia cerita gimana ahirnya bisa lolos masuk NUS. Sekarang dia mahasiswi semester 3 jusuran Biologi kalo gak salah. 


Ngobrol kita berujung dengan pertanyaan saya tentang dimana lokasi department of Psychology. Dia langsung tahu dan suruh saya turun di halte Campus Library. Lokasinya ada di dalam library tapi harus naik ke gedung lantai 2.  Berhubung dia bakal turun duluan, dia bilang kalau saya bakal turun 2 halte lagi setelah dia. 


Setelah si mahasiswi turun, gak taunya ada mahasiswa di samping saya nguping pembicaraan kita. Dia nanya apakah benar saya mau cari Dept of Psy. Saya bilang iya. Eh ternyata dia bilang kalau dia mau bantuin nyari lokasinya. Wah, kok orang ini  diem-diem nguping dan bersedia bantuin kita nyari tempatnya.



poster yang terpampang di department of Psychology, NUS
Ya sudahlah ya, tanpa curiga gimana kita ikutan si cowok itu turun di halte Campus Library. Ternyata Dept of Psy ini lokasinya pelosok banget. Kita naik turun tangga dan lift sampai kebingungan nyari tempatnya. Si mahasiswa yang anter kita pun nanya sana-sini karena dia juga gak tau pasti lokasinya dimana. 
Saat nyari-nyari, kita sempetin ngobrol. Ternyata dia mahasiswa asal Pakistan. Dia ambil teknik sipil. Sekarang udah lulus dan bekerja disini. Jadi karena sama-sama engineer suami lah yang banyak ngobrol sama dia. 
Setelah beberapa menit akhirnya ketemu juga tempatnya. Saya langsung nylonong masuk Psychology Laboratorium. Lab nya lengkap banget. Ada lab PIO, brain and behavior lab, social neuroscience lab, psy trauma and resilience lab, dan masih banyak lagi. Kayaknya mereka banyak fokus di penelitian tentang mind brain dan sejenisnya. Terlihat poster-poster yang terpampang adalah penelitian tentang cognitive and neuro psychology.
foto depan Psychology Laboratorium

In my opinion sih ya, masih bagusan gedung Psikologi UGM karena lebih luas dan nyaman. Entah dari campus tour ke Chula dan NUS, dept of psy tempatnya selalu nyempil gak keliatan sampai orang baru bakal kesusahan buat nyari. Ya mungkin barangkali psy bukan termasuk jurusan unggulan di sini. Jadi ya tempatnya agak “masuk” banget gitu :D

Ketemuan sama Okky Madasari di NUS
Udah puas observasi dan berfoto ria akhirnya kita turun dan menuju ke lokasi selanjutnya, PGPR apartment tempat mba Okky sekeluarga tinggal. Sampai apartment kita disambut hangat oleh mba Okky. Ada putri cantiknya namanya Rayya langsung ajakin Archy main ke playground. Anak kecil mah gitu ya. Baru kenalan sebentar udah akrab sampai ketawa cekikikan.
bertemu okky madasari di NUS
foto sama mba Okky depan shuttle bus
Ternyata mb Okky disini baru memulai perkuliahan semester 1. Beliau ambil Sociology yang ternyata tadi satu gedung sama Psikologi. Mbak Okky emang udah lama tinggal di sini karena sebelumnya dia pernah diminta mengajar juga di sini sebagai program Fellowship. Keren banget ya jadi dosen di NUS.
Sementara suaminya yang jurnalis Jakarta Post juga berencana melanjutkan studi di sini. Makanya semuanya udah diboyong tinggal di apartemen NUS. Btw apartement ini memang dikhususkan untuk mahasiswa internasional. Ada apartemen untuk mahasiswa yang masih single dan ada juga apartemen mahasiswa yang bawa keluarga. 
bertemu okky madasari di Singapura
foto di salah satu ruangan PGPR apartemen
Untuk apartemen keluarga difasilitasi dengan playground, taman, dan kolam renang. Persis kayak apartemennya mbak Irin di kembangan. Mungkin standar apartemen disini harus dilengkapi semua fasilitas itu jadi anak tetap punya space untuk bermain, mengingat kalau di apartemen mulu yang ukurannya kecil itu ruang gerak anak terbatasi. 
temen baru Archy, kak Rayya
Setelah ngobrol sana sini akhirnya jam 4 kita pulang. Kebetulan mbak Okky juga mau pergi ke Bugis Street jadi kita bareng-bareng menuju ke stasiun MRT. Archy happy banget main sama anak mbak Okky, Rayya. Aisyah as always anteng senyum-senyum sambil lihat kakaknya main. So today we create meaningful memories and it will be memorable even the kids will grow rapidly. I hope so :)

Campus Tour sebagai destinasi wisata keluarga, Why Not?


Bisa dibilang, anak-anak saya memang sangat familiar dengan dunia perkampusan. Saya mengandung dan melahirkan Archy saat sedang studi S2 di UGM. Setelah lulus, saya hamil anak kedua, Aisyah. Saya mulai mengajar di UIN Raden Fatah, Palembang sampai melahirkan Aisyah saya baru cuti.  Bahkan saat usia 3 bulan, Aisyah ikut saya mengajar. 


Setelah Aisyah sudah mulai banyak bermain, saya tukar Archy yang ikut saya mengajar sejak usia 3 tahun. Archy sudah mulai bisa dikondisikan dan tidak rewel. Saya bawakan dia lego. Kadang ia mainkan legonya kadang ia mencari kesenangan lain tanpa mengganggu saya mengajar.


Jadi saat saya bilang ke Archy kalau hari ini kita ke kampus, dia sih happy-happy aja. Sebenarnya kalau gak libur gini, ada banyak pilihan untuk bisa kita kunjungi di kampus seperti perpustakaan, laboratorium, dan juga berbagai jajaran food court yang bisa dicoba.





main di playground sama kak Rayya

Selain itu, kampus-kampus besar tentunya sangat family friendly terlebih jika harus bawa anak. Ada nursery room untuk ibu menyusui. Jalan kampus dan gedung pun juga didesain ramah bagi pengguna kursi roda dan stroller. Jadi alhamdulillah kemarin Aisyah santai aja tiduran di stroller tanpa pakai drama rewel segala.

Yang paling utama, liburan bareng keluarga adalah moment ayah ibu membangun bonding ke anak dan bagaimana anak bisa memahami profesi orang tuanya sebagai seorang pendidik. Hal itu yang sangat saya harapkan ke anak-anak adalah mereka bisa menjadikan saya figur dan sosok terbaik dalam kehidupannya. Amiiin. Semoga saya bisa memberikan sosok terbaik untuk Archy dan Aisyah.

Tapi sebenarnya siapapun juga bisa mengadakan campus tour apapun profesinya. Misal si anak sudah beranjak remaja pasti dia sudah memiliki angan-angan untuk masuk perkuliahan. Campus tour bisa dijadikan sebagai ajang mengenalkan anak pada dunia perkampusan. Apalagi tour ke kampus terbaik maka anak juga akan semakin termotivasi agar bisa melanjutkan kuliah di kampus tersebut. So, kapan lagi ngajakin anak-anak lihat kampus terbaik di Asia Tenggara? Yuk tambahin campus tour sebagai list destinasi wisata kamu bersama keluarga :)

1 comment:

Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh