Saturday 20 April 2019

Dibalik Nama Domain, Eksistensi, dan Popularitas

Welcome, April! Menurut kalian apa yang paling memorable dengan bulan ini? April Mop? Kartinian nyari costum sana-sini? Atau General Electiom yang jatuh pada tanggal 17 April 2019? Ya, kayaknya April punya banyak unforgetable memories ya bagi sebagian orang.

Kalau saya, bulan ini adalah bulan yang bertepatan dengan wisuda Magister saya, 1 tahun yang lalu. 19 April 2019. Gak kebayang kan begitu happy-nya ketika memakai toga dan menyandang gelar baru yang dinantikan selama 1 tahun 11 bulan.


For me, kuliah magister kali ini adalah kuliah yang paling menguras tenaga. Merelakan untuk berangkat dari Boyolali ke Jogja setiap kuliah dengan transportasi umum. Ya pernah mengalami kecelakaan bus lah, kehabisan tiket kereta, pulang jam 11 malam hujan-hujanan kedinginan di jalan, dan masih banyak lagi.

Semua dilakukan demi anak pertama saya, Archy. Waktu itu kan saya masuk kuliah dalam keadaan hamil muda. Memasuki semester kedua saya melahirkan. Tidak ada pilihan lain selain harus rela pulang pergi dari rumah ke kampus meski jaraknya jauh, dan tidak memungkinkan untuk ngekos.

Saya tidak mau cuti karena status saya saat itu Long Distance Marriage alias LDM. Biasanya yang pergi merantau itu suaminya, lah ini istrinya. Mana lagi hamil pula. Udah gitu ini hamil anak pertama yang nungguinya juga cukup lama. Ya sudah, kita buat kesepakatan bersama supaya saya bisa lulus S2 tepat waktu!

Alhamudillah, dengan penuh tekad yang kuat akhirnya saya bisa lulus tepat waktu. Ditambah lagi dengan kabar gembira yang gak disangka-sangka. Saya hamil anak kedua! Masuk kuliah hamil, keluar juga dalam keadaan bunting! Ahahhaaa..Happy? Happy lah, wanita mana sih yang gak suka dikaruniai buah hati literally.

Masuk kuliah bunting, keluar pun juga bunting wkwkw


Then, waktu wisuda kemarin kehamilan saya memasuki usia 4 bulan. Saya juga bersyukur setelah balik ke Palembang, saya ditawari mengajar di salah satu universitas disana. Tapi bukan di fakultas Psikologi. Ya gapapa lah ya, apalagi mata kuliahnya tentang Penulisan Karya Ilmiah. Masih bisa dijangkau dengan kajian ilmu dari jurusan manapun.

Bangga? Jelas bangga. Ini memang cita-cita yang sebenarnya. Saya memutuskan resign dari guru karena saya ingin jadi dosen. Kenapa capek ya jadi guru? Gak juga. Saya super happy jadi guru. Tapi dosen adalah cita-cita yang terukir manis di diary usangku sejak kecil dulu. Sepak terjang saya selama kuliah juga sambil mengajar sebagai asisten dosen. Lengkap sudah untuk menggapai sebuah impian yang menggebu.

Harapan saya untuk semester selanjutnya saya bisa mengajar di Fakultas Psikologi agar sesuai dengan jurusan akademik yang saya tempuh. Saya sama temen masukin lamaran sana-sini ke semua kampus yang ada Fakultas Psikologi. Hasilnya? Nihil! Gak ada yang dipanggil sama sekali.

Saya coba meminta kakak saya untuk dikenalkan dengan Kaprodi Psikologi di kampus dia bekerja. Jawabannya, masih belum bisa memasukan dosen sekalipun itu dosen LB karena sudah penuh dengan tenaga pendidik.

Baiklah, saya bersabar untuk menunggu sambil berikhtiar agar bisa mengajar di jurusan pendidikan yang sama tempuh. 1 tahun berlalu dan memang belum rejekinya bisa mengajar di Psikologi. Sedih? agak dikit wkwkwk.
Mahasiswa pertama saat mengajar di salah satu kampus di Palembang


Hikmah menjadi perantau itu ternyata gini ya. Kalau di kampus saya dulu, saya malah ditawari untuk bisa jadi dosen disana, kalau disini saya ngelamar sampe terlunta-lunta gak ada satu pun yang menerima. Eh dipanggil pun juga enggak.

“Sabar, kali belum rejekinya. Barangkali keterima waktu anak-anakmu udah mulai sekolah dulu” Nasehat ibu gitu. Eh iya juga ya, honestly tiap ikutan tes kerja hati kecil saya selalu kepikiran anak-anak. Ya gimana enggak, Archy masih 2 setengah tahun dan Aisyah masih 6 bulan. Nyari asisten rumah tangga aja susahnya minta ampun. Masukin ke daycare, ah...yang worthed di kota ini rasanya cuman satu. Dan itu SPP-nya mungkin lebih dari gaji saya kalo jadi dosen. Ewww...

Yaudah sih, jadi ibu rumah tangga. Ngurus anak, suami, masak, nyapu, ngepel, setrika. Udah kale...apalagi gak punya pembantu, yang ngerjain mau siapa? Tapi emang dasarnya gak bisa diem, pengenya produktif dan berkarya, mau gimana donk?

Alhamdulillah, bersyukurnya saat ikut suami ke Palembang saya coba membangun link melalui komunitas-komunitas yang saya ikuti. Dari satu komunitas, dapet temen. Terus temen ngajak komunitas ini, begitu terus sampai beranak pinak.

Salah satunya saya diajakin temen gabung ke komunitas Blogger Palembang Kumpul. Saya cerita kalau saya suka nulis. Barusan ganti domain jadi www.bundaproduktif.com biar lebih yahud. Eh tapi kok gitu-gitu saja rasanya. Blog saya hambar banget gak ada lika-likunya.
Mba lya, orang yang berjasa ngajakin aku gabung di komunitas blogger Palembang

Semenjak gabung, saya kenal banyak bloggger di kota ini. Dari yang pemula kayak saya sampai yang senior. Ada yang bilang ke saya, emang masih jaman ya ngeblog? Sekarang kan jamannya vlog, bukan blog.

Alamak, gak juga ternyata. Banyak banget oppportunity setelah gabung di komunitas blogger. Dan ini jadi job yang menjanjikan buat para emak-emak macam saya yang kehabisan gaya gak bisa jauh-jauh dari rumah dan anak.

Setelah itu profesi saya mulai beralih dari Stay at Home Mom menjadi Remote Worker. Saya dapat tawaran nulis jadi content writer, dari media opini sampai website internasyenel. Dibayar? Iya lah. Tau sendiri saya mata duitan wkwkw.

Saya emang selalu bercita-cita biar bisa mandiri secara finansial dalam kondisi apapun dan yang sesuai dengan passion saya. Bisa-bisa aja sih jualan online dari rumah, banyak yang lebih menguntungkan. Tapi kalau kita bekerja ala om Steve Jobs “ Do what you love and love what you do” rasanya bekerja bakal makin semangat dan bikin happy terus sampai senyum-senyum sendiri. Eh beneran lo!

Akhirnya, saya memutuskan untuk lebih serius jadi blogger. Saya belajar otodidak nanya sana-sini gimana caranya biar blog lebih hidup dan domain authoritynya (DA) lebih dikenal sama mesin google, dan lain sebagainya. Hingga pada suatu titik, saya memutuskan untuk mengganti nama domain. Dari yang awalnya www.bundaproduktif.com menjadi www.tsurayyasyarif.com. Lah gak nyesel? udah setahun lo, ntar ngulang lagi buat naikin DA.



Yah, itu konsekuensi. Tapi tekad udah bulat. Udah istikharah juga sama minta restu suami. Alasanya? Mungkin karena ingin membangun brand dengan nama saya sendiri. Udah gitu aja sih hehee..Tetap visi misinya sama, menjadi bunda yang produktif disayang anak dan suamik biar makin ciamik. Asiaapp...

That why, akhir-akhir ini saya kembali eksis di media sosial. Tujuannya untuk menarik perhatian supaya orang sudi untuk mampir ke blog saya. Ya..namanya juga strategi marketing. Makanya ya plis yang nge-judge pakai sindirian “cie obsesi bener jadi selebgram..cie yang eksis di sosmed kayak kurang kerjaan aja” Tarik napas panjang...

Jawab aja gini ya, Haters don't really hate you. They hate themselves because you are a reflection of what they wish to be. I just wanna pursue my dreams in my limit conditions n some people don't know about this.

Dengan menulis-lah ilmu psikologi yang saya punya berharap gak sia-sia. Ya itu salah satu wadahnya adalah blog. Dari situ orang baca tulisan saya, saya diminta jadi pembicara, dan akhirnya mengantarkan saya tetap bisa menjadi “dosen psikologi” dengan cara yang berbeda. Jadi cita-cita jadi dosen tidak jadi pupus berkat menulis. Ya semua karena keseriusan saya menulis.

Berkat menulis saya jadi pemateri di satu acara Jasa Raharja

So, maafkanlah kalau ada yang merasa terganggu dengan postingan saya di sosial media. Silahkan di unfollow atau di unmute saja. Saya gak semata cuman mau cari popularitas, saya cuman ingin mewujudkan harapan abah ibu buat khairunnas anfauhum linnas. Saya cuman gak mau kalah produktif sama ibu saya yang udah tua tapi tetap aktif kontribusi ke masyarakat. Kalau sekarang saya baru mampu kontribusi ke masyarakat lewat tulisan.

Saya ingin menjadi figur ibu yang mandiri, cerdas, dan produktif di mata anak-anak saya, seperti halnya figure yang dibangun oleh ibu saya ke saya pribadi. Tanpa kata-kata tapi dengan aksi nyata. Saya ingin jadi figure utama anak-anak saya, bukan orang lain. Saya mendidik mereka di rumah, tapi saya juga harus bisa menginspirasi mereka dari rumah.

Ibuku pendidik, penulis, blogger, dosen, juru masak, tukang urut, ahli kesehatanku, guru waste managementku, semua ada dalam ibuku. Aku bangga sama ibu. Ibu tetap menjadi pendidik utamaku tapi ibu juga tetap menginspirasiku
-Archy &Aisyah-



Sunday 14 April 2019

#MoneySmartMenginspirasi: Tips Menghemat Uang dengan Gaya Hidup Minim Sampah


Menjadi ibu rumah tangga memang membutuhkan skill yang baik dalam mengatur keuangan. Mulai dari cerdas dalam mengatur pengeluaran, investasi, hingga upaya-upaya kecil untuk menghemat uang.

Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita siasati supaya bisa menekan besaran angka pengeluaran bulanan lebih dari biasanya. Contohnya kalian  bisa lakukan tips menghemat ala emak-emak yang saya baca di salah satu artikel MoneySmart Indonesia tentang tips menghemat uang ala emak-emak

Nah, salah satu tips menghemat uang ala emak-emak dalam artikel tersebut adalah “Bikin sampah menjadi barang berdaya guna”  Wow, kok bisa sih? Bisa donk!
Salah satu tips menghemat uang ala emak-emak yang dikutip dari artikel www.moneysmart.id

Sampah selama ini selalu dianggap nirguna oleh banyak orang. Akhirnya orang pada merelakan benda-benda yang dianggap sampah itu untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Padahal sampah semakin menggunung di TPA karena gak terurai dengan cepat. Akibatnya sampah-sampah ini mengeluarkan gas metan yang bikin bumi makin panas, bencana longsor, sampai banjir yang terjadi akibat penumpukan sampah. Ngeri kan!

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengubah gaya hidup minim sampah di rumah. Gaya hidup minim sampah atau zero waste lifestyle adalah gaya hidup positif yang bertujuan untuk menekan besarnya pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Sejauh ini, sampah rumah tangga adalah kontributor terbesar penyumbang sampah ke TPA di seluruh dunia.  Bayangkan aja, setiap harinya selalu ada sampah yang dibuang dari aktivitas rumah tangga seperti memasak, makan, mencuci, membeli barang atau makanan di luar, penggunaan popok, sampai sampah dari  penggunaan plastik dan kertas sekali pakai.

Pantas saja ya, setiap rumah pasti bakal menghasilkan sampah setiap harinya untuk dibuang ke TPA. Terus apa donk hubungannya dengan menghemat pengeluaran rumah tangga?

Sst...sini aku bisikin. Ternyata kalau kita bisa cermat memanfaatkan sisa-sisa sampah rumah tangga, kita juga bisa menghemat pengeluaran bulanan seperti pengeluaran grocery, beli sayur-sayuran, dan pengeluaran yang lainnya loh.
  
Nah, sudah mulai penasaran kan gimana caranya. Yuk mari kita intip beberapa tips menghemat uang yang bisa kalian lakukan dengan gaya hidup minim sampah:

1. Memanfaatkan sisa buah untuk cairan pembersih.
     
   


    Kita tahu donk makan itu adalah kebutuhan primer bagi setiap manusia. Akan selalu ada sisa sayur, buah, maupun makanan hewani setiap kali kita memasak. Nah, dengan visi misi mengupayakan minim sampah, sisa-sisa tersebut bisa kita sulap menjadi hal yang bermanfaat.

Contohnya adalah membuat cairan mencuci piring dengan sisa buah. Cairan ini sering dikenal dengan cairan eco enzyme.

Untuk eco enzyme, kita bisa kumpulkan sisa kulit buah seperti kulit jeruk, mangga, atau kulit buah yang beraroma segar. Kemudian campurkan dengan air dan gula, taruh ke dalam wadah elastis. Diamkan selama kurang lebih 3 bulan. Setelah itu cairan buahnya bisa kita gunakan untuk mencuci piring, mengepel, sampai membersihkan perabotan.

Atau ada cara lain untuk memanfaatkan sisa kulit jeruk. Caranya tinggal rebus kulit jeruk hingga lunak, lalu pisahkan dari airnya. Kemudian blender sampai halus. Nah jadi deh, pasta kulit jeruk bisa digunakan untuk mencuci piring. Simpel kan?

Buah jeruk yang direbus memiliki berbagai macam manfaat antara lain bisa untuk mencuci piring sampai membersihkan peralatan rumah tangga.. Wah, berarti kita bisa hemat loh gak perlu belanja bulanan sabun cuci lagi. Artinya, kita bisa menyisihkan sebagian dari pengeluaran grocery setiap bulannya kan?

2. Regrow bumbu dapur
https://www.icreativeideas.com/13-vegetables-that-you-can-regrow-again-and-again/

Sayur-sayuran yang masih memiliki akar ternyata bisa kita tanam kembali loh. Misalnya aja daun bawang. Selama ini sering kita pakai sebagai sajian tambahan dalam masakan.

Nah, sisakan 5 cm akar daun bawang lalu beri air. Esoknya kamu bakal bahagia lihat daun bawangmu tumbuh kembali. Daun kemangi, dan beberapa daun lain juga bisa kita regrow di pekarangan rumah kita. Lumayan kan kita masih bisa menyisihkan seribu dua ribu uang makan mingguan kita.

3. Bikin komposter di rumah untuk menanam bumbu dapur
komposter untuk sisa sayur dan buah

Banyak para emak-emak  yang ngerasa ribet ngurusin tanaman. Harus beli cairan anti hama lah, pupuk lah, dan lain sebagainya. Eits, jangan khawatir. Moms bisa manfaatkan sisa makanan yang ada di dapur untuk menutrisi tanaman nih.

Contohnya cangkang telur yang dihaluskan untuk menutrisi tanah agar tanaman subur, membuat eco enzyme untuk mengusir hama, dan juga membuat kompos dari sisa-sisa sayuran.

Nah, kalau gini bikin semangat berkebun di rumah lagi deh. Sekalian juga tuh sambil menanam berbagai macam bumbu dapur. Jadi gak perlu beli bumbu dapur lagi, makin menghemat uang kan...

4. Meminimalisir aktivitas yang berdampak pada emisi gas rumah kaca.

                    

Bagi pelaku zero waste, kita juga harus berpegang teguh dalam upaya menyelamatkan bumi. salah satunya melakukan aktivitas yang minim gas rumah kaca.

Emisi gas itu yang bikin bumi kita semakin panas dan membuat perubahan iklim semakin gak stabil. Kalau sudah gak stabil, berbagai macam kerugian akan dialami oleh manusia. Diantaranya adalah, petani jadi gagal panen sehingga harga bahan makanan semakin tinggi, nelayan semakin kesulitan mendapatkan ikan, sampai bencana banjir, longsor, kemarau berkepanjangan akan melanda bumi ini.

Salah satu penyebabnya adalah aktivitas manusia yang berlebihan seperti pemakaian kendaraan pribadi, penggunaan listrik, air, sampai penggunaan plastik dan kertas sekali pakai.

Jadi sebisa mungkin kita menghemat listrik supaya jejak karbon kita dalam menyumbangkan emisi gas cenderung lebih rendah. Beberapa upaya yang bisa kalian lakukan adalah matikan lampu jika tidak dipakai, jemur cucian tanpa mesin pengering ketika musim panas, tampung air hujan untuk menyiram tanaman, dan seringlah berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum saat berpergian.

Saat berpergian, jangan lupa bawa botol, sedotan, tas, dan lap yang bisa digunakan kembali ya. Penggunaan botol, plastik, sampai sedotan sekali pakai akan menambah penumpukan sampah yang tidak baik bagi bumi kita.

Ribet? Awalnya sih ribet. Tapi jika sudah terbiasa, semua akan dilakukan dengan riang gembira. Gimana nggak happy? Udah hemat pengeluaran listrik dan air, ditambah bonus sehat pula karena lebih rajin berjalan kaki.

5. Ber-DIY dengan Sampah di Rumah

                      

Sekarang ini banyak sekali tutorial DIY (do it your self) untuk memanfaatkan barang yang gak kepakai di rumah. Contohnya menggunakan kembali sisa toples kecil untuk wadah bumbu, membuat prakarya dengan si kecil dari kertas bekas, sampai membuat tempat penyimpanan mainan dari kardus  yang dibungkus cantik dengan kertas atau kain sisa.

Ternyata, hal—hal kecil jika kita atur dengan baik bisa menghasilkan pundi-pundi uang ya secara tidak kita sadari. Asalkan kita bisa secara konsisten menjalankannya ya. 

Nah, buat kalian yang ingin cari informasi finansial mulai tentang tabungan, budgeting, asuransi, sampai investasi bisa kunjungi website www.moneysmart.id karena MoneySmart.id adalah portal finansial terbesar di Indonesia yang dapat membantu kalian dalam mengelola keuangan. 

Semoga informasi mengenai #MoneySmartMenginspirasi tadi bisa membantu kalian tentang mengelola keuangan ya. Yuk belajar menghemat uang dengan gaya hidup minim sampah :)

Wednesday 10 April 2019

Baby Led Weaning vs Spoon Feeding; Mana yang Paling Baik?



Beberapa tahun belakangan ini, tepatnya 2 tahun yang lalu saat Archy MPASI, para mamah-mamah muda sedang dihebohkan dengan keunikan Andien (si penyanyi kondang smart kece nan jelita) dalam mendidik anaknya, Kawa. Terutama dalam pemilihan metode MPASI.

Sejauh ini kan yang kita tahu dari ajaran nenek moyang kita secara turun-temurun, bayi itu ya makan MPASI-nya disuapin, dan juga makan makanan yang dihaluskan macam bubur. Nah, si Andien ini udah kasih anaknya dari awal MPASI makanan yang gak dihalusin dan juga tanpa disuapin sama emaknya. Istilah kecenya adalah Baby Led Weaning alias BLW.

Sebenarnya sih BLW ini sudah jadi tren di luar negeri sejak 15 tahun yang lalu. Nah berhubung si Andien ini kan public figure sekaligus influencer, otomatis emak-emak ini pada heboh tralala-trilii terutama di sosial media. Ada yang nyinyir lah, ada juga yang terinspirasi untuk menerapkan BLW ke anak mereka.

Gak taunya, 2 tahun kemudian, sepengamatan saya di dunia para netijen, dokter Meta Hanindita, seorang dokter spesialis anak subspesialis nutrisi dan penyakit metabolik anak (panjang bener sampe mbenges). Beliau ini sangat antusias meluruskan isu-isu tentang nutrisi anak di instagram.

Ini nih Dokter Meta Hanindita yang cantik, cerdas, dan juga lucu. Panutanku deh pokoknya

Dok Met tahu bener kalau sekarang itu para emak-emak banyak berkiblat pada informasi di dunia medsos. Jadi beliau mensosialisasikan ilmunya pake gaya super kreatif dan menyenangkan bikin emak-emak betah baca di instagram story meski bahasannya itu berat.

Salah satu yang beliau bahas adalah tentang MPASI dengan BLW. Dok Met bilang BLW itu nggak direkomendasikan oleh IDAI. BLW rentan bikin anak jadi Stunting. Wow...sontak mamak-mamak netijen yang budiman pada kebakaran jenggot.

Ada yang ngerespon dengan baik banyak juga yang gak sungkan-sungkan mensyen Andien berjamaah, ngata-ngatain lah, atau sekalian mensyen temen-temenya yang juga jadi pengikutnya Andien. War biasak...singa pun kalah kali ya kalau liat emak-emak lagi pada nyinyir wkwkw.

Aku pun juga punya banyak temen yang udah nerapin BLW ke anaknya sampai gede. Jadi ngebayangin kalau aku diposisi dia atau si Andien, kemudian di salah-salahin sama ribuan emak-emak sejagat raya. Ibu siapa coba yang gak runtuh hatinya apalagi kalau udah dikait-kaitkan sama anak. Padahal juga anaknya sehat-sehat aja, malah pinter dan lebih tinggi dari anak seusianya.

So please lah mak kalau mau nyinyir sesama ibu-ibu terutama masalah anak itu mbok ya pikir-pikir dulu. Emang kita juga siap bakal dinyinyirin balik yang lebih pedas lagi? Hmm..baiklah. Terlepas dari masalah nyinyir menyinyir, mendingan kita cari tahu aja kenapa sih BLW itu gak direkomendasikan? Terus kita juga cari tahu juga bagaimana respon para praktisi BLW terkait masalah itu? Jadi adil kan, kita denger dari dua suara biar kita belajar respect each other.

Okay, aku bakal bahas BLW yang merujuk pada IGS-nya dokter Meta ya...simak baik-baik.

Gill Rapley, pendiri BLW mendefinisikan BLW sebagai metode pemberian MPASI dimana:
  •  Anak didorong untuk mengeksplore makananya dengan tangan
  • Makanan yang disajikan berupa makanan yang mudah dipegang, bukan yang dihaluskan seperti pure.
  • Anak didorong untuk makan sendiri, tidak disuapi siapapun
  • Anak tetap dapat asupan ASI kapanpun karena nanti anak sendiri yang memutuskan kapan waktunya mengurangi nenen.
  •  Anak makan bergabung dengan keluarga kapanpun dimanapun.

Terus apa coba manfaatnya BLW? Merujuk pada Rapley, dengan BLW anak makan MPASi lebih fun, natural, belajar makan dengan aman, tekstur makanan, bentuk, dan lain sebagainya. Selain itu waktu makan adalah waktu berharga bersama keluarga, bisa mengendalikan nafsu makan, mendapatkan nutrisi yang baik, dan juga baik untuk kesehatan jangka panjang.

Eh tapi sayangnya, sejuta manfaat yang dipaparkan itu masih berdasarkan opini si penulis buku alias ibuk Gill Rapley itu sendiri. Belum ada kajian ilmiah yang secara keseluruhan membuktikan semua manfaat dari BLW yang disebutkan tadi.

Beberapa peneliti akhirnya turun tangan donk ingin membuktikan seberapa terbuktikah manfaat yang diperoleh dari BLW itu. Di salah satu jurnal yang dok Met paparkan, ada jurnal yang meneliti tentang perbedaan anak BLW sama yang non BLW dilihat dari pertumbuhannya. Hasilnya adalah anak BLW secara signifikan lebih underweight daripada anak non BLW.

“Alah, buktinya anaknya si itu baik-baik saja. Anak yang pake spoon feeding juga bisa rentan underweight blablabla..”

Hmmm, aku mah biasa banget dengerin pembenaran para ibu-ibu kalau asumsinya udah mulai dikritisi. Apalagi dulu juga sering banget denger gituan dari para emak anti-vaksin. Yaudah lah ya, kita lebih percaya mana coba sama hasil penelitian yang mana ngambil samplenya gak cuman satu dua orang dibandingin sama emak-emak yang cuman ngeliat bahkan meraba-raba dari satu sisi saja?

Belum lagi prosedur penelitian itu bukan berdasarkan kata si ini dan si itu. Semua diuji secara ilmiah ya gaes. Meskipun tiap penelitian ada limitationya, tapi plis lah hargai. Yang pernah ngerasain jadi researcher pasti tau lah rasanya jungkir balik buat ngebuktiin hipotesis ilmiahnya.

Baiq...lanjut ya..udahan nge-gasnya hahaha. Nah, ini nih jawaban yang pasti ditunggu-tunggu tentang pertanyaan “Kenapa sih BLW gak direkomendasikan?”

Alasan pertama.
Dari definisi BLW tadi, kita tau kan ya kalau MPASi yang disajikan ke anak itu bukan bubur alias berupa potongan-potongan kayak finger food. Nah,  seandainya anak BLW ini dikasih potongan wortel kukus, kentang kukus, dll dalam 3 kali sehari, berapa kandungan yang diterima oleh tubuh?

Apalagi bayi kan makan potongan gituan otomatis gak kayak orang dewasa yang langsung habis gitu aja gak bersisa. Pasti akan ada yang terbuang dan hanya sebagian yang masuk ke dalam mulut. Kalau gitu apa menjamin tercukupi semua kebutuhannya seperti zat besi, protein, lemak, vitamin, dll?

Pantas aja kalau ada hasil penelitian yang menunjukan bahwa anak yang BLW aspuan zat besi. zinc, dan vitamin B12 nya tergolong lebih rendah dari anak non BLW.

Alasan kedua.
Dilihat dari tabel perkembangan bayi normal, bayi usia 4-7 tahun baru belajar memutar lidah atas dan bawah, juga masih belajar menelan makan lunak. Makanya finger food biasanya diberikan saat anak berusia 8 bulan. Karena pada usia tersebut anak udah mulai belajar menggerakan rahang dan mengunyah.

Nah, kalau kita paksain anak usia 6 bulan langsung makan finger food, kemampuan oromotoriknya belum siap. Akibatnya anak makan makanan dengan jumlah yang lebih dikit yang beresiko pada gagal tumbuh seperti stunting juga bahaya akan tersedak makanan.
Kayak gini nih sajian MPASI ala anak BLW


Makanya beliau bilang spoon feeding adalah metode MPASi yang paling aman dan sudah terbukti lebih superior secara ilmiah. Sementara metode BLW masih kontroversi dan masih terus dikaji dari sisi manfaatnya.

Nah,begitulah penjelasan Dok Met kenapa BLW BIG NO buat MPASI. Tapi meskipun begitu, aku tuh penasaran kenapa kok ada sebagian DSA malah ngerekomendasiin BLW, kayak DSAnya andien itu. Atau alasan rasional apa sih yang masih bikin para praktisi BLW tetap konsisiten ngejalanin method ini.

Akhirnya diriku mencari-cari selebgram mana yang sekiranya mampu menjawab pertanyaanku. Ceilah. Kalo Andien udah lah kayaknya baca DM ku aja gak sempet.

Dan....selebgram yang terpilih menjadi jawaban atas pertanyaanku adalah Baby.Qianna. Aku gak tau nama asli emaknya siapa. Intinya dia-lah yang paling masuk kriteria (songong luu). Eh bener loh, abis aku DM itu, langsung beliau bales dan jadiin DM ku sebagai highliht di instastory nya.Cihuy.

Ada dua poin pertanyaan yang aku kirim ke mom baby Q. Pertama, gimana menurut pandangan dia kalau BLW gak direkomendasikan BLW. Kedua, gimana pendapatnya kalau BLW itu rentan ADB (Anemia Defisiensi Besi).

1. Gimana menurut pandangan mom Baby Q kalau BLW gak direkomendasikan BLW?

Menurut mom baby Q, WHO belum ngeluarin statement resmi kalau praktek BLW itu dilarang, karena penelitian ilmiah tentang resiko dan manfaatnya BLW itu masih sedikit banget.

Nah berhubung beliau praktisi BLW yang tinggal di New Zealand, dia bilang minat ortu di NZ pada BLW tergolong tinggi. Aku lihat di jurnal juga NZ punya praktisi BLW yang besar di dunia saat ini. Tapi mekipun demikian justru di NZ termasuk paling aktif melakukan penelitian terkait BLW. Nah kan, emak-emak disana tau gitu bukannya nyinyir tapi malah belajar cari tahu sana sini loh ahaha keren ya..

Hal ini terbukti dari hasil penelitian terbaru mereka mengenai metode BLISS, yaitu metode BLW yang dimodifikasi dengan guidelines tertentu supaya pelaksanaan BLW lebih aman dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Wah...bu ibu udah ada yang tahu belum metode BLISS?

Selain itu, merujuk pada complementary feeding guideline dari WHO; WHO menyarankan agar makanan disajikan secara soft, mashed, atau dipotong kecil. Jadi sebenarnya beda di tekstur makanan aja kan ya. Yang SF makanannya dihaluskan ortunya dulu, yang BLW makananya dihaluskan dengan bantuan gusi dan enzime ludah.

Terus perihal kemampuan oromotorik? Bukanya anak 6 bulan belum bisa menghaluskan secara sempurna? Jawaban dia, beberapa penelitian menyebutkan kalau tiap anak punya kemampuan oromotorik yang berbeda-beda. Ada yang udah terbentuk baik sejak 6 bulan, ada yang belum. Katanya sih gitu, aku disuruhnya nyari sendiri jurnalnya soalnya hahaa.

2. Gimana pendapat mom baby Q kalau BLW itu rentan ADB (Anemia Defisiensi Besi)?

Jawabannya, dia awali dengan rujukan jurnal yang sama dengan Dok Met buat bahas ini. Ciee kompakaan...

Dari studi cross-sectional tentang ADB menunjukan kalau anak BLW lebih rentan kena Adb daripada anak non BLW. Dia akuin itu. Ini emang kesalahan yang paling banyak ortu lakuakan saat menerapkan BLW.
Dampak ADB itu gak main-main lo bun, be aware ya


Harusnya sejak awal BLW, ortu harus kasih makanan yang tinggi zat besi bukan cuman sayur-sayuran aja. Ortu harus kreatif mengolah daging, hati, dan makanan yang tinggi zat besi biar mudah dimakan bayi.

Artinya yang terpenting itu adalah kita harus memperhatikan kaidah-kaidah kecukupan nutrisi untuk anak. Jadi ini bukan jadi rekomendasi buat yang BLW aja, karena yang SF pun bisa jadi kena ADB juga kalau nggak memperhatikan kandungan gizinya.

SO, kalau moms udah pada tahu statemen masing-masing moms bakal milih yang mana?

Pastinya milih yang aman aja lah ya. Kalau aku pribadi, aku bakal mengamati dulu karakter anakku seperti apa. Kebetulan saat ini Aisyah usianya udah 6 bulan dan ini kali pertamanya dia makan MPASI.

Awalnya aku ikutin saran dok Met buat SF dengan menyajikan MPASI 4 bintang sejak awal. Aisyah masih belajar menelan, lidahnya muter-muter antara mau lepeh atau mau ditelan. Seminggu kemudian dia udah bisa nelan. Eh, tapi dia selalu berusaha merebut sendok dan segala sesuatunya untuk dimasukin ke mulut saat makan.

Yaudah lah, karena keinginanya ingin makan sendiri, aku siapkan dia finger food sambil aku suapin dia bubur. Hasilnya dia malah makin semangat makan. Yeayy...emang bener sih kesimpulan dari ulasan tadi, yang penting kan memperhatikan kaidah kebutuhan nutrisi, perkara metode yang mau dipakai itu keputusan ibu masing-masing.


Method is just method, do what works best for you and baby. Yang penting anak makan dengan bahagia dan menyenangkan, ortu pun senang. Sekarang mah, aku pakai metode senyamanya anak, yang penting anak enjoy selama makan tanpa paksaan apapun.

Jadi moms, pilih tim BLW apa tim SF?

Tuesday 2 April 2019

Lestari Hutanku, Lestari Bumiku



Bumi kian memanas, es di kutub kian meleleh, bencana semakin merajalela..Ah, masih pantaskah kita sebagai manusia hanya berdiam diri?



Bumi kita sedang sekarat! Kalimat itu masih selalu terngiang di telinga usai mengikuti Forest Talk with Blogger Palembang sepekan yang lalu.

Dr. Amanda Katili Niode, adalah manager climate reality Indonesia, pun juga sebagai pemateri dalam acara ini. Beliau memaparkan betapa mirisnya kondisi bumi yang kita hadapi saat ini. Bagaimana tidak, puluhan juta manusia tumbang karena dampak dari cuaca ekstrim yang menghantui. Ratusan bencana hidrologi maupun geologi kian memporak-porandakan negeri. Pun juga dirasakan oleh hewan dan tumbuhan hingga nyaris musnah dari muka bumi.



Mengapa bumi kita sekarat?

Banyak yang tidak kita sadari bahwa seluruh aktivitas manusia memiliki dampak terhadap bumi. Dampak yang paling dirasa saat ini adalah kontribusi manusia terhadap emisi gas rumah kaca.  Emisi Gas rumah kaca merupakan proses naiknya suhu bumi yang disebabkan oleh komposisi atsmosfer.

Sejatinya gas rumah kaca sangatlah diperlukan untuk menjaga kestabilan suhu bumi. Namun, aktivitas manusia yang berlebihan meningkatkan konsentrasi emisi gas yang menyebabkan lapisan atsmosfer semakin tebal. Penebalan atmosfer inilah yang berdampak pada peningkatan suhu bumi sehingga berimbas juga pada perubahan iklim dalam proses jangka panjang.

Data yang diperoleh dari World Resources Institute menyebutkan bahwa emisi gas rumah kaca di Indonesia berasal dari penggunaan lahan atau kehutanan sebesar 61,6%. Sisanya 26,2% berasal dari energi, pertanian, limbah, industri, sampai transportasi.




Tahukah anda? Tahun 2015 merupakan tahun dengan kebabakaran hutan terbesar sepanjang sejarah di Indonesia. Lebih dari 2,5 juta area yang terbakar.  Saya kembali teringat pertemuan saya dengan mas Yayan, salah satu anggota Forestry di perusahaan OKI Pulp and Paper Mills.

Pada saat kebakaran hutan di tahun 2015 silam, beliau menceritakan bahwa diperlukan waktu selama 45 hari untuk memadamkan api. Biaya yang diperlukan selama 45 hari sangatlah besar. Salah satunya mereka harus menghire 2 orang dari Spanyol dengan biaya berkisar ratusan juta rupiah!

Padahal pohon sejatinya berfungsi untuk menyerap karbon dan polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan semak maupun tumbuhan lain. Penyerapan akan turun ketika terdapat emisi gas rumah kaca. Turunya penyerapan c02 dari geomasa pohon inilah yang menyebabkan gas rumah kaca menjadi tinggi di udara.

Hutan juga bermanfaat untuk menahan lacu erupsi ke hilir. Banjir dan longsor pada awal tahun 2019 di Sulawesi terjadi akibat eksploitasi sumber daya hutan.  Tak heran jika satu pohon sangatlah berarti untuk menyelamatkan bumi. Bagaimana tidak? Hutan alam kita kian terkikis. Sampai kapan bumi akan selalu merintih menangis?


Kiri ke kanan: Ir. Murni, Dr.Amanda, Dr.Atiek, Pak Januardi, Pak Amril

Upaya mengembalikan Fungsi Hutan

Hutan alam kini semakin tergerus akibat deforetasi hingga bencana kebakaran yang melanda negeri. Sudah saatnya semua bergerak untuk mengembalikan fungsi hutan dan mengolahnya menjadi hutan berkelanjutan.

Sebagai masyarakat awam, ada kalanya kita berpikir kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan fungsi hutan kita?

Dr. Atiek Widayati, perwakilan dari Tropenbos Indonesia sebagai pemateri kedua menyampaikan, beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk berkontribusi mengembalikan fungsi hutan. 
Diantaranya adalah
  • Mendukung peletarian hutan yang ada dengan cara mencegah penebangan hutan.
  • Mendukung hasil hutan kayu. Hutan tidak hanya memproduksi kayu saja. Madu hutan, rotan, dedaunan, semua bisa dimanfaatkan supaya tidak hanya mengambil hasil kayu secara berkelanjutan.
  • Pemanfaatan jasa ekosistem. Membangun kegiatan ekowisata yang memperhatikan keramahan lingkungan dapat dijadikan solusi agar hutan terjaga kelestariannya.
  • Mendukung ekonomi masyarakat tepi hutan.
  • Mensosialisasikan hutan yang lestari melalui media. Disini lah peran blogger sangat dibutuhkan untuk meningkatkan wawasan masyarakat.
Baca Juga: Melestarikan Hutan Melestarikan Kehidupan

Selama 10 tahun belakangan ini, euforia menanam pohon sering disosialisasikan sebagai upaya untuk kembali menghijaukan bumi. Namun, yang sering terlupakan adalah bagaimana merawat pohon-pohon tersebut supaya tetap terpelihara. Padahal, banyak sisi manfaat dari pohon yang dapat dibudidayakan supaya pohon terawat dengan baik.

Ir.Murni Titi Resdiana, MBA., perwakilan dari Kantor Urusan Khusus Presiden bidang pengendalian dan perubahan iklim, beliau menjelaskan bahwa pada tahun 2015 negara di seluruh dunia menyepakati untuk menjaga bumi dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi maupun sosial.

Seperti halnya pengelolaan hutan berkelanjutan, aspek ekonomi dan sosial juga harus diperhatikan. Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk menurunkan emisi gas sebesar 29% khususnya dalam sektor perindustrian.

Mengembalikan Fungsi Hutan untuk Ekonomi Kreatif

Salah satu upaya yang dapat dilakukan seperti yang Dr. Murni paparkan adalah mendukung perekonomian masyarakat tepi hutan.  Menghasilkan produk dari hutan juga berkaitan erat dengan upaya mengurangi dampak perubahan iklim.

Jika masyarakat dan pemerintah mampu mengembangkan perekonomian lokal dengan menjaga kelestarian lingkungan, maka aksi menyelamatkan bumi dari perubahan iklim pun bisa diwujudkan.

Pohon seyogyanya tidak hanya bisa diambil manfaat dari satu sisi saja. Pohon merupakan sumber serat, pewarna alam, bahan kuliner, furnitur, hingga penghasil minyak atsiri. Pohon yang kaya akan sumber tersebut jika dapat dikelola dengan baik maka akan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual tinggi.

Dari upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan ekonomi kreatif dari masyarakat tepi pohon tersebut, muncul pertanyaan dari benak saya. Bagaimana membangun perekonomian desa tepi hutan serta mendukung produk unggulan desa? Lalu produk seperti apakah yang bisa memiliki nilai jual yang tinggi?

Mendukung Produk Unggulan Pedesaan

Janudianto, perwakilan dari Asian Pulp dan Paper Sinar Mas, beliau menyampaikan bagaimana upaya APP Sinar Mas untuk membangun desa tepi hutan industri dan mengangkat perekonomian masyarakat setempat.

APP Sinar Mas memiliki komitmen utama untuk perlindungan hutan alam dimana di setiap konsesi lahan perusahaan memiliki tanggung jawab untuk pengelolaan hutan berkelanjutan. Salah satunya dengan membangun Desa Makmur Peduli Api (DMPA). DMPA merupakan program pemberdayaan konservasi hutan perusahaan yang berperan untuk pengelolaan hutan lestari.


Hasil pertanian yang diproduksi oleh DMPA

Program DMPA  dibangun untuk memberdayakan perekonomian masyarakat di sekitar hutan, memetakan sumber daya desa, melakukan transfer teknologi dan merubah mindset masyarakat akan pembakaran lahan hutan, serta membantu masyarakat untuk memasarkan berbagai produk agroforesti yang dihasilkan.

Dampak dari program ini adalah masyarakat memperoleh kesempatan kerja dan mendapat pendapatan yang lebih dari produk agroforestri. Hasil produk dari DMPA ini bisa kami lihat di stand booth saat Forest Talk berlangsung. Ada hasil jagung, beras, abon, keripik, dan masih banyak lagi.

Produk yang berasal dari Sumber Pohon

Produk-produk yang memanfaatkan serat pohon juga dipamerkan pada acara ini. Salah satunya adalah produk hasil karya Galeri Wong Kito. Kain jumputan cantik yang dipamerkan di galeri ini rupanya menggunakan sumber pewarna alam. Sumber pewarna alam dapat diperoleh dari kulit secang, kunyit, akar mengkudu, sampai daun jati. Teknik yang digunakan untuk menghasilkan corak yang indah itupun menggunakan teknik Ecoprint.

Ecoprint merupakan teknik cetak dengan menggunakan pewarna alami. Usai talkshow, GWT juga mempraktekan bagaimana proses pewarnaan dengan teknik ecoprint. Mulai dari pemilihan daun sampai teknik memukul daun pun harus diperhatikan dengan seksama.


Demo mewarnai Kain dengan teknik ecoprint oleh Galeri Wong Kito

Selain kain, ada juga produk lain yang memanfaatkan sumber hutan. Diantaranya adalah minyak atsiri yang digunakan untuk campuran parfum, gelang kayu yang terbuat dari kayu pohon gaharu, dan juga miniatur khas Palembang yang terbuat dari kayu bekas.
Miniatur khas Palembang yang terbuat dari kayu bekas di Mellin Gallery




Kain jumputan, minyak atsiri, sampai gelang dari kayu gaharu dipamerkan di stand Galeri Wong Kito

Conclucion:

Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca semakin mengancam bumi kita. Cuaca ekstrem yang berdampak pada seluruh makhluk hidup dari manusia hingga binatang. Para nelayan semakin susah mencari ikan, pun juga dirasakan oleh para petani yang mengeluh karena gagal panen. Artinya saat ini kita sedang menghadapi pemanasan global yang sangat serius.

Hutan sebagai kontributor terbesar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca harus terus dilestarikan. Masyarakat maupun pemerintah perlu bergerak untuk mengembalikan fungsi hutan dengan berbagai macam upaya.

Upaya secara langsung dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung pencegahan penebangan hutan. Pemanfaatan hutan untuk ekonomi kreatif juga menjadi solusi yang sangat tepat untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik.

Upaya secara tidak langsung yang dilakukan oleh masyarakat adalah mensosialisasikan tentang betapa pentingnya menjaga hutan lestari melalui media. Inilah tugas para blogger dengan mengangkat topik ini menjadi sebuah tulisan yang nantinya akan membuka wawasan seluruh masyarakat untuk sadar dan ikut andil dalam pelestarian hutan.

Terimakasih atas ilmu yang sangat berharga ini kepada Yayasan Doktor Sjahrir, The Climate Reality Project Indonesia, APP Sinar Mas, Galeri Wong Kito, dan Meilin Galeri. Semoga kita bagian dari orang –orang yang memberikan kontribusi bagi kelestarian hutan. Untuk Informasi lebih lanjut mengenai kelestarian hutan, kalian bisa dapatkan di website www.lestarihutan.id.

Melestarikan hutan sama halnya dengan melestarikan bumi kita bukan?