Thursday 5 December 2019

Jadi Mom Super Sibuk? Hidup Minimalis Solusinya!


Semenjak memiliki dua anak, saya memutuskan untuk menjadi freelancer untuk sementara waktu. Ya mengurus biro psikologi yang saya bangun bersama teman, jadi penulis lepas, dan mengajar di kampus seminggu dua kali. Pekerjaan rumah semua saya handle sendiri mulai beres-beres rumah, masak, sampai menemani anak belajar di rumah.

Dengan aktivitas sepadat itu, to be honest saya gak mau dibilang sok wonder woman lah atau mamak strong lah. Yang jelas rasa lelah fisik dan psikis tentu selalu ada. Jadi kalau udah sinyal lambaikan tangan ke kamera, yaudah segala macam pekerjaan rumah saya delegasikan untuk sementara waktu. Pakaian masuk laundry, pesen go food, selonjoran depan TV dalam keadaan rumah bak kapal pecah. 

Mau disuruh pilih salah satu aja antara jadi ibu rumah tangga "stay di rumah" atau bekerja aja, waduh ya gak bisa juga. Bekerja udah semacam passion. Me time dan self healing saya lakukan saat bekerja. Bekerja bikin saya gak strees, lebih sehat secara mental karena bisa beraktualisasi diri dan bermanfaat bagi orang lain. 

Jadi ibu rumah tangga juga pilihan yang gak bisa saya delegasikan sepenuhnya ke orang lain. Karena dengan rutinitas chores di rumah, saya bisa latih anak-anak buat terjun ke dapur, bantuin beres-beres rumah. Ada practical life skill yang sayang kalau gak diajarin ke mereka kalau punya ART di rumah.

Terus gimana tuh mak kok kayaknya dua-duanya bisa berjalan dengan mulus? 

Ya gak mulus-mulus amat sih. Masih banyak kerikilnya. Tapi semenjak mencari tahu dan mulai menerapkan gaya hidup minimalis sejak tahun 2018, saya merasa manajemen waktu saya sebagai ibu rumah tangga sekaligus WM semakin tertata dengan baik.

Melalui gaya hidup ini kita akan dituntut untuk meminimalisir kegiatan, suasana ruangan, dan hal yang lain sehingga saya dapat membereskan rumah dengan waktu yang singkat dan menjadikan hidup saya semakin mindfulness.
Jadi, yang dulunya saya suka kepengen beli perabotan rumah dan dekorasi serba heboh, sekarang rasa kepengen itu udah say goodbye dari pikiranku. Segampang itu? Iyes. Karena sejatinya saya cuman butuh rumah yang minim distraksi, gak banyak barang biar gampang diberesin dan terkesan lebih luas.
Scrolling sosmed berjam-jam juga banyak berkurang karena me time terbaik saat ini adalah memberi ruang buat diri sendiri untuk kontemplasi. I change my life for the better.
Apalagi belanja kosmetik, tas, sepatu dan sebagainya semua sudah saya batasi. Lipstik 1 saya kuret sampe abis baru beli yang baru lagi. Saya ngerasain kalau hidup jadi lebih se-happy ini semenjak nyobain minimalis. Emang bener slogannya minimalis. Less is more. Saya ngerasa hidup "cukup" itu lebih sehat dan sejahtera.
Langkah-langkah apa aja nih yang bisa mom coba buat memulai hidup minimalis? Berikut akan saya share langkah awal memulai hidup minimalis berdasarkan pengalaman saya selama ini:
1. Decluttering semua barang di rumah
Langkah awal untuk memulai gaya hidup minimalis untuk efisiensi pekerjaan rumah tangga adalah dengan cara decluttering  semua barang-barang yang ada di rumah. Jadi yang tersisa hanyalah barang yang sejatinya memiliki nilai esensial dan yang paling dibutuhkan. Dengan cara tersebut, waktu berbenah kita akan semakin efisien karena tidak banyak benda yang perlu kita bersihkan.



Kayak yang saya ceritain sebelumnya. Sekarang saya cuman punya 1 jenis kosmetik aja d rumah, gak pakai double-double. Pakaian anak-anak yang udah kekecilan, pakaian kita yang udah lama gak dipakai kadang masih sering bertengger di lemari. Ayo dibereskan dan segera diangkut untuk diberikan ke orang yang lebih membutuhkan
Ada banyak metode berbenah yang bisa moms cari di internet buat ngebantu moms untuk memulai langkah hidup minimalis. Salah satunya adalah metode Konmari. Dengan metodi konmari moms bisa mengetahui cara melipat pakaian yang praktis, rapi dan mudah untuk diambil dari lemari pakaian.
2. Manajemen perdapuran 
Langkah kedua yang bisa moms lakukan adalah meminimalisir waktu di dapur. Masaklah masakan yang sederhana yang tidak banyak memakan banyak waktu. Penulis buku best seller eat clean, Inge Tumiwa bilang kalau terlalu banyak proses pemasakan justru akan mengurangi nutrisi makanan itu sendiri. Saya biasa memasak simple untuk sayur. Cukup dikukus, bening atau digoreng dengan sedikit minyak atau pan frying. Gunakan toping yang berbeda supaya anak tidak bosan seperti saus tomat, saus kacang, mayonnaise agar anak gak mudah bosan.



Jangan lupa bikin food prep untuk kebutuhan makan seminggu. Segera masukin sayur yang dalam kotak buat dimasukin ke kulkas dan cuci bersih daging dan ikan. Saya biasa masukin ikan di freezer dalam keadaan udah dicuci, dilumuri jeruk nipis, dan dibumbui. Jadi tiap keluar bisa langsung dimasak.
Segera cuci peralatan dapur tanpa harus melihatnya dalam keadaan menumpuk. Bersihkan setiap sisi sink dan kompor agar terhindar dari kotoran yang membandel. Saya sendiri sudah meminimalisir peralatan dapur sehingga saya dapat merapikanya dengan praktis dan cepat.

3. Manajemen Aktivitas 
Buatlah 3 prioritas kegiatan utama yang moms harus mom lakukan setiap hari. Tapi kok rasanya mustahil ye emak-emak sehari cuman ngelakuin 3 prioritas utama. Saran dari saya buatlah 1 prioritas pada setiap aktivitas yang sering moms lakukan.

Misal kalau saya, saya tulis di white board cengan mengelompokan aktivitas sehari dalam 6 kelompok. Ada kolom writing, kids, achievement, self care, chores, dan Biro. Masing-masing tulis satu prioritas yang akan moms selesaikan hari itu.


rutinitas tiap malam: nulis kegiatan yang dilakuin besok dan bikin reminder yang harus selalu dilakukan

Dengan cara ini moms bisa fokus dan lebih mudah menyelesaikannya dibandingkan membuat banyak rencana yang pada akhirnya moms tidak bisa optimal dalam pelaksanaanya. Moms juga butuh waktu untuk memanjakan diri tanpa harus memforsir yang menyebabkan moms akan merasa kelelahan secara fisik maupun mental.
4. Tidur lebih awal dan bangun lebih awal
Langkah Keempat, tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Dengan cara ini moms bisa melakukan banyak hal di pagi hari dan pagi hari adalah waktu yang tepat untuk beribadah, merefleksi diri, dan berolah raga. Disisi lain waktu tidur lebih awal akan membuat badan moms terasa lebih bugar dan fit dibandingkan tidur pada jam yang terlarut malam.
5. Bikin jadwal untuk Me Time
Langkah Kelima, buatlah jadwal untuk me time alias self care. Ini adalah salah satu hal sederhana untuk merefleksikan diri dari berbagai aktivitas ibu rumah tangga yang sangat padat. Buatlah waktu untuk berolahraga, spa, atau relaksasi agar moms bisa kembali bugar dan semangat beraktivitas.

Oiya, Membuat jurnal syukur juga bisa dijadikan me time loh moms!
Sebelum tidur saya seringkali membuat jurnal syukur agar semua yang saya lakukan hari ini menjadikan saya lebih dekat dengan Allah dan keluarga. Disisi lain melalui jurnal syukur moms akan lebih memaknai hidup moms lebih mindfulness dan dipenuhi dengan energy positif setiap hari.
Jadi, itu adalah enam langkah sederhana untuk memulai untuk hidup minimalis sebagai WAHM. Mungkin ada
banyak cara yang bisa moms temukan di internet maupun referensi terkait minimalism. Percayalah, semakin simple hidup anda maka semakin mudah moms untuk memanajemen waktu moms dengan baik.



Friday 22 November 2019

LULUS TEPAT WAKTU ALA STUDENT MOM


       Jadi Student Mom itu Gampang-gampang Susah!

student mom

Memutuskan jadi student mom dikala hamil anak pertama, perekonomian masih pas-pasan, LDM sama suami, rasanya itu wow nano-nano. Masih teringat gimana dulu saat suami masih gajinya gak seberapa. Harus dibagi dua antara biaya hidupnya sama biaya hidupku di Jogja. 

Dulu temen ngirainnya aku rajin banget bawa bekal makanan karena buat jaga pola makan yang sehat. Tapi sebenarnya alasan utamanya adalah NGIRIT. Ya gimana gak ngirit. Uang bulanan 1 juta harus cukup buat makan, bayar kos, kontrol ke dokter obgyn, beli vitamin, beli susu, dan nyicil buku anak. 

Tiap weekend juga buru-buru langsung pulang ke rumah. Biar bisa makan gratis di rumah orang tua. Tiap senin juga balik ke Jogja bawa sayur-mayur dan lauk-pauk. Karena kalo keseringan belanja di Mirota, pasti hasratku pengen beli yang lain nya lebih gede daripada yang dibutuhkan. Mwehe. 

Biasanya ortu menyambut anak pertama maunya beli peralatan bayi yang lucu-lucu. Aku cukup dapat warisan dari kakak dan sepupu aja. Kebetulan masih ada yang bisa dipakai. Uangnya ditabung buat biaya aqiqah sama inves buku ke anak. Waktu itu aku ikutan arisan buku Rabbit Hole 50 ribu perbulan. Tenangs, bukan yang sampe jutaan ribu per bulan kok.

Waktu anak pertama lahir, aku masih semester 2. Terpaksa udah gak ngekos lagi karena di Jogja anak gak ada yang bantu ngurus. Jadi sejak semester 2 harus PP dari Boyolali ke Jogja. Gak enaknya itu kalau dapat jam kuliah pagi dan dosennya super killer. Telat dikit gak boleh masuk. Jadi sering berangkat dari rumah jam 5 pagi. Itu Pun kadang masih ngos-ngosan sampai kampus. Beruntungnya saat itu tingkat kekileran ibunya mulai berkurang semester ini. Jadi kadang meski telat bu Amitya masih ngebolehin aku masuk. Kata ibunya: “ Gak papa masuk aja, saya juga pernah di posisi kayak kamu. Kuliah sambil ngurus anak”. Makasih banyak almarhum ibu Amitya. Saat akhir semester beliau meninggal. Bagiku beliau luar biasa.

Saat semester 3 kebanyakan teman-teman kelas seangkatanku udah gak ambil MK lagi. Semua dituntaskan di semester 2. Tapi aku masih ambil makul banyak di semester 3. Itu karena aku gak bisa ambil kuliah full karena harus mengurus newborn baby (TANPA CUTI-CUTIAN). Itupun makul yang aku prioritaskan ambil adalah makul wajib yang kalau mau ngulang harus tahun depan lagi. Oh no.

Belum lagi ujian traumatis pasca kecelakaan bus yang saya tumpangi saat pulang dari kampus. Waktu itu anak masih usia 3 minggu. Badan juga masih remuk pasca melahirkan. Rasanya terselip hasrat buat cuti aja. Asli gak kuat.

Saya udah janji lulus tepat waktu. Semester 3 meski masih ambil MK, saya terus kebut menyelesaikan tesis. Alhamdulillah saya bisa ujian proposal lebih awal dibandingkan teman-teman saya. 

Ya meski sebagian orang berpikir buat lulus itu gak harus cepet-cepet, yang penting lulus dengan ilmu sudah matang dan memperoleh predikat yang memuaskan. Ya silahkan saja. Kalau saya gak bisa leha-leha, karena saya gak ada yang namanya uang SPP untuk semester tambahan. Plus ninggalin suami jauh di pulau sana. Jadi saya harus selesaikan dengan cepat.

Alhamdulillah, tepat 1 tahun 11 bulan saya berhasil menyandang gelar Master of Arts in Psychology. Meski penelitian saya mengambil data di Palembang dan Jogja. Rumah di Boyolali. Sempat stress juga karena gak ngerti-ngerti sama desain kuantitatif yang mana penelitian pakai 5 variabel. Terlalu ribet. Tapi alhamdulillah dosen pembimbingku adalah masternya psikometri. Bapak Prof.Dr.Saifuddin Azwar, M.A. 

Memang betul kalau keterbatasan dan banyaknya tantangan  itu bikin orang punya tekad dan pergerakan yang lebih pesat. Tergantung seberapa teguh kita mau menghadapi. Banyak juga student mom yang gak kuat dengan terpaan dan terpaksa harus nambah semester, bahkan gak dilanjutkan dalam waktu lama. Semua tergantung komitmen masing-masing. Semangat ya bagi para ibu pejuang tesis, disertasi dan sejenisnya :)

       Tips Menyelesaikan Tugas Akhir  Tepat Waktu

Tugas akhir seperti tesis memang seringkali menjadi kendala bagi para mahasiswa, terutama bagi para ibu pelajar. Entah kesulitan terjadi saat menulis, meneliti, saat menemukan dosen pembimbing yang susah ditemui atau memiliki banyak permintaan saat revisi. Untuk itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh ibu pelajar untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam menyelesaikan sebuah tugas akhir.
Berikut beberapa tips yang bisa ibu pelajar lakukan agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu:
1.     Buatlah target perencanaan atau modifikasi perilaku


Memuat modifikasi perilaku adalah perencanaan yang dibuat untuk mempermudah menyelesaikan tugas sesuai target yang dicapai. Dengan adanya perencanaan dari modifikasi perilaku ini, ibu pelajar bisa mengerjakan tugas akhir dengan mudah. Meskipun pada kenyataannya terkadang tidak sesuai dengan perencanaan yang ditulis. Namun, para ibu harus tetap melanjutkan target yang ditulis dan menghargai setiap kemajuan singkat hanya karena ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan.
Berikut lampirkan contoh modifikasi perilaku yang dapat menjadi gambaran bagi para ibu pelajar untuk menyelesaikan tugas akhir:

Tsurayya Syarif Zain (392257)

CP: 085728526311

Sampai saat ini (tanggal 30 Januari 2017) saya sudah menjalani pendidikan di Magister Sains Psikologi UGM (1 tahun). Saya memiliki target menyelesaikan studi pascasarjana (2 tahun). Dengan demikian saya masih memiliki (1 tahun) untuk menyelesaikan sesuai target.

Langkah 1:
      Membuat pengingat dan asosiasi dengan keuntungan positif yang dapat dicapai
a.   Saya lebih optimal mendidik Archy
b.   Saya dapat berkumpul kembali dengan anak dan suami dalam satu rumah
c.  Saya dapat mendaftar beasiswa Muhammadiyah Scholarship Preparation sebelum kembali ke Palembang
d.   Saya dapat mengurus dan mendesain rumah yang sekarang sedang saya tinggalkan
e.   Saya bisa segera melamar dosen di universitas yang saya inginkan
f.   Saya bisa fokus mengurus rumah tangga
     Merencanakan waktu dan tenaga untuk merencanakan proyek. Membuat daftar pernyataan.
a.   Saya telah menghabiskan banyak waktu untuk proyek ini, saya tidak akan membuang usaha begitu saja.
b.   Saya sudah terlalu lama menghabiskan waktu di Magister Sains Psikologi UGM karena saya belajar disini pakai biaya sendiri.
     Siapkan rencana untuk menghadapi godaan yang menghalangi proyek
a.   Mengurus anak dijadikan alasan untuk malas mengerjakan tesis: Saat mengurus Archy, saya harus tetap fokus mengurus Archy. Ketika Archy tidur di siang hari, saya harus ikut tidur, sementara ketika Archy tidur di malam hari saya harus bangun untuk mengerjakan tesis minimal 1 jam sehari.
b.   Malas membaca referensi: minimal 1 hari saya harus membaca buku atau jurnal referensi. Saya bisa lakukan setelah sholat subuh jam 5.00-5.30.

Langkah 2:
Mengumpulkan data perilaku yang berlebihan untuk mengevaluasi tingkat kemajuan:
  1. Tidak konsisten melaksanakan planning
  2. Ngantuk, malas, dan capek
  3. Gadget
  4. Tidak tahu besok mau melakukan apa sehingga bermalas-malas

Langkah 3:
Membuat program kontrol diri:
  1. Saya tahu konsultasi setiap dua minggu sekali itu berat, tapi ini untuk menjaga semangat saya dan tetap fokus pada proyek saya.
  2. Saya tahu membaca jurnal terutama bahasa asing itu sangat membosankan, tapi jika saya tidak membaca saya sama halnya seperti seorang plagiat yang mengajarkan tesis tanpa paham kontennya.
  3. Saya tahu untuk fokus itu sulit, tapi orang tidak akan pernah mencapai pada hal yang diinginkan tanpa adanya fokus dan konsisten.
  4. Saya tahu menemukan banyak kesalahan di skripsi kita itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi jika kita mengundur kelulusan kita.
  5. Saya tahu semester 3 ini teman-teman saya sudah menyelesaikan kuliah, sementara saya masih ada kuliah 6 sks. ITU TIDAK MASALAH BAGI SAYA DAN SAYA BERHAK LULUS TEPAT WAKTU LEBIH AWAL DARIPADA MEREKA YANG SUDAH SELESAI MATERI DI SEMESTER 3 INI!
  
Langkah 4:

Buat program pemeliharaan:

      Februari            :  Acc Judul Penelitian dan Proposal Tesis oleh Pembimbing
      Maret                :  ACC Proposal Thesis
      April                 :  Lulus TPA
      Mei                   :  Seminar Kompre
      Juni                   :  Revisi Seminar Kompre
      Juli                    :  Seminar Hasil
      Agustus            :  Revisi Seminar Hasil
      September        :  Ujian Tesis
      Oktober            :  Pendaftaran

2. Catat semua revisi dari dosen pembimbing secara mendetail

Bermasalah dengan dosen pembimbing adalah momok yang seringkali menghambat target yang ditentukan. Salah satunya dikarenakan adanya mispersepsi saat melakukan revisi. Upayakan untuk merekam semua perkataan dosen saat bimbingan. Dengarkan kembali apa yang sudah dibicarakan dosen lalu catat secara mendetail. Ini dapat memudahkan dosen pembimbing juga saat merevisi tesis kita. Karena terkadang dosen pun juga lupa apa saja yang dosen minta saat merevisi tugas kita.

3.   Bangun komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing

Ini menjadi catatan penting saat melakukan bimbingan. Jangan sampai kita mendadak menghilang karena belum sanggup menyelesaikan revisi yang dosen minta. Buatlah target tanggal kapan kalian akan menemui lagi dosen pembimbing. Usahakan seminggu sekali menemui dosen entah itu untuk mengajukan revisi atau hanya sekedar minta pendapat dan berdiskusi. Itu kan menjadi lebih baik daripada harus menghilang lama karena belum menyelesaikan revisi.
Sesekali kita juga boleh memberikan hadiah seperti cemilan sebagai ucapan terimakasih karena dosen sudah bersedia  meluangkan waktu untuk bertemu dengan kita (Ingat bukan nyogok ya, tapi hanya untuk membangun silaturahm yang baik). Dengan adanya upaya ini, hal ini dapat membantu student mom untuk bisa mencapai target yang ditentukan. Pun juga student mom dapat lebih optimal dalam membagi waktu antara kegiatan akademik dengan mengurus rumah tangga. 


Tuesday 19 November 2019

ASAH KETERAMPILAN PRA MENULIS SEBELUM AJARKAN ANAK CALISTUNG


Keterampilan menulis seringkali dianggap sebagai kompetensi dasar dan tolok ukur anak untuk siap sekolah. Udah mau masuk SD, udah bisa nulis belom? Begitu kira-kira kalau para orang tua sedang ngerumpi menanyakan kesiapan anak sekolah.

Gak hanya itu, bimbel calistung juga semakin naik daun dari tahun ke tahun. Hampir semua anak-anak di komplek saya kalau anaknya belum masuk TK, ya diikutin TPA atau diikutin les calistung sama orang tuanya. Karena gak pernah tau di les itu anak belajar nulisnya kayak gimana ya saya gak bisa kasih penilaian bahkan menjudge.

Baca juga hal yang perlu disiapkan sebelum anak membaca

Namun terlepas dari itu semua, yang perlu ortu ketahui adalah proses menulis pada anak-anak itu sangat berbeda dari orang dewasa. Belajar menulis pada anak-anak adalah hal yang sangat kompleks karena diperlukan koordinasi kognitif, motorik, maupun neuromotorik.


Bahkan saat saya ikut seminarnya bu  Dr Indun Lestari Setyono, Psikolog Sekolah, beliau bilang kalau anak bisa melompat itu juga ada kaitannya dengan bagaimana ia bisa menulis ntar. Nah loh kita sebagai ortu gak kebayang kan bakal sekompleks itu. Apalagi tantangan para ortu milenial saat ini anak-anak gak bisa lepas dari yang namanya gadget. Bakal diperlukan effort yang lebih besar loh untuk mengajari anak nulis.  Yuk makanya jangan males ngilmu dan cari tahu sebelum anak dikirim les sana dan sini.

baca juga: kenapa ngajar anak nulis di jaman serba gadget itu susah

Awalnya anak mulai belajar mencoret-coret saat usia 2 tahun. Anak mula-mula belajar membuat garis vertikal, horisontal, lalu melingkar. Baru setelah itu mulai berkembang dari hal sederhana ke coretan yang lebih kompleks. 

Begitu pun betul adanya kalau proses perkembangan kognitif berawal dari hal konkret ke hal abstrak. Gimana bisa sih tiba-tiba nyuruh anak menulis huruf alphabet padahal gak ngerti huruf A itu apa, anaknya siapa, semalam berbuat apa. Eaa malah jadi nyanyi lagunya mamas Andika.

Sebelum anak benar-benar diajarin menulis, ada baiknya ortu mengenalkan terlebih dahulu tahap reading readiness (pre-writing) skill. Apaan tuh ya pre-writing skill? Keterampilan pra-menulis (pre-writing skill)  adalah keterampilan dasar yang perlu dikembangkan anak-anak sebelum mereka mampu menulis. Keterampilan ini berkaitan dengan  kemampuan anak untuk memegang dan menggunakan pensil, dan kemampuan untuk menggambar, menulis, menyalin, dan mewarnai. 

Keterampilan yang diperlukan pada tahap pre-writing meliputi:

1. Kemampuan memegang dan menggerakan alat tulis

Yaitu bagaimana cara anak memegang dan menggerakkan alat tulisnya dengan baik. Hal ini diperlukan beberapa keterampilan sebagai berikut:
  • Hand division: bagaimana jari jemari berkoordinasi satu sama lain untuk memegang alat tulis. Jari telunjuk dan ibu jari mengangkat penisl sementara jari lainnya menguatkan.

  • Object Manipulastion: Kemampuan memanipulasi alat- alat dengan terampil termasuk memegang dan memindahkan pensil dan gunting), mengendalikan alat sehari-hari seperti sikat gigi,sirir, peralatan makan)

  • Integrasi bilateral: Menggunakan dua tangan bersamaan dengan satu tangan Memegang dan menggerakkan pensil dengan tangan dominan sedangkan tangan lainnya membantu dengan memegang kertas tulis).

  • Kekuatan tangan dan jari: Kemampuan untuk mengerahkan kekuatan melawan perlawanan menggunakan tangan dan jari yang memungkinkan kekuatan otot yang diperlukan untuk pergerakan pensil yang terkontrol.


2. Kemampuan persepsi bentuk

Bagaimana sih anak bisa belajar tentang persepsi bentuk? Ya kenalkan anak dengan benda yang memiliki bentuk berbeda. Kenalkan itu juga gak harus dibilang ini limas, ini persegi panjang seperti itu juga. Tapi biarkan sensori anak mengenal macam-macam benda yang ia sentuh. Misal mintalah anak untuk menyentuh bola dan bentuk balok. Maka anak akan merasakan kalau kedua bentuk tersebut memiliki perbedaan. 

Bisa juga dengan permainan puzzle. Dari permainan puzzle anak akan belajar mencocokan bentuk yang sesuai. Semakin kecil potongan puzzle maka semakin terasah kemampuan persepsi bentuknya.
Bisa juga dengan memotong apel menjadi beberapa potongan. Lalu minta anak untuk menyusun kembali menjadi satu kesatuan buah apel. Ini juga bisa moms lakukan di rumah dengan menggunakan bahan makanan yang ada.

3. Kemampuan cara menggerakkan jari untuk membentuk huruf yang dibuat. 


Gimana nih agar anak bisa menggerakkan jari dengan baik dan benar? Stimulasi anak agar motorik halusnya bisa lebih terasah. Salah satu cara untuk mengasah gerakan jari anak bisa dengan body image awareness. 

Jadi body image awareness itu adalah bagaimana cara kita dapat menghayati anggota tubuh kita agar si anak bisa mendeteksi bagian anggota tubuhnya. Jika anak sedang mengeluh kesakitan pada anggota tubuhnya, minta anak menyebutkan anggota tubuh yang sakit di bagian mana. Bagian kaki misalnya. Kaki bagian mana? lutut, paha, betis, atau tumit? Nah itu harus jelas dan selalu ajarkan anak untuk menjelaskan bagian secara spesifik.

Baru setelah itu anak belajar mengenal huruf abjad atau angka. Sebelum anak diminta menulis, kenali dulu bentuk-bentuk abjad dan huruf yang ditulis. Kembali lagi saat mengenalkan anak, selalu optimalkan keterampilan sensorinya. Misal mengenalkan anak huruf A melalui kertas kasar/amplas. Minta anak menghayati dan merasakan bentuk huruf A pada kertas yang bisa diraba. Baru setelah anak bisa merasakan, anak bisa diajak untuk menulis huruf A. 

4. Kemampuan mengatur besaran dari huruf-huruf yang harus ditulis. 

Biasakan anak belajar menulis pada space yang ditentukan. Jadi anak juga belajar otoritas dimana aja anak berhak menulis. Misal jika anak sedang belajar menulis di atas kertas. Kertas bergaris dapat mebantu anak untuk menentukan besar kecil huruf. Tapi ini kalau anak sudah mulai terasah kemampuan pra menulisnya ya :)

5. Kemampuan mengingat cara membentuk huruf atau angka yang harus ditulis. 

Pada dasarnya semua orang memiliki faktor lupa. Begitu Pula dengan anak-anak. Latihan setiap hari dapat menguatkan anak untuk mengingat apa yang ia tulis. Tapi pastikan waktunya tidak terlalu lama ya. Cukup 15 menit per hari agar anak dapat mengingat huruf yang ia tulis. 


Pencapaian Pra Menulis sesuai dengan Tahap Usia

Semasa kuliah dulu, saya pernah dikenalkan dengan alat test Visual Motor Integration. Tes ini terdiri dari beberapa kotak. Di dalamnya ada garis dan titik. Di tes ini anak diminta untuk mengikuti gairs yang ada dalam kotak, menyambungkan, dan lain sebagainya. 

Waktu itu testi saya usia 3 tahun dan 5 bulan. Memang ternyata anak 3 tahun dan 5 tahun punya pencapaian yang berbeda. Anak 3 tahun umumnya baru mulai meniru garis veritkal horisontal. sementara anak 5 tahun sudah bisa menyalin bentuk yang lebih kompleks.

Berikut terlampir tahap pencapaian keterampilan pra menulis anak berdasarkan usianya:

Usia
Pencapaian Pra Menulis
1-2 tahun
Coretan secara acak
Coretan spontan dalam arah vertikal / horizontal dan / atau melingkar
Meniru arah horizontal / vertikal / melingkar
2-3 tahun
Meniru garis horizontal
Meniru garis vertikal
Meniru lingkaran
3-4 tahun
Salinan garis horizontal
Salinan garis vertikal
Menyalin lingkaran
Meniru +
Meniru / dan \
Meniru kotak
4-5 tahun
Salinan +
Melacak garis
Salinan kotak
Salinan a / dan \
Meniru X
Meniru Δ
Pegang pensil pada posisi menulis
5-6 tahun
Salinan X
Salinan Δ
Mengenali antara garis atau kurva besar dan kecil


Aktivitas yang Mampu melatih keterampilan Pra Menulis

Setiap anak memiliki speed yang berbeda pada pelajaran tertentu. Jadi jangan sampai banding-bandingkan dengan yang lain ya moms. Terus yakinkan pada diri kalau anak mampu melewati proses tersebut dengan kemampuan mereka masing-masing. Dan jangan lupa untuk memberikan stimulus terbaik agar anak bisa lebih terampil sebelum belajar menulis. 

Aktivitas apa aja nih yang bisa moms laukan dengan anak untuk mengasah ketrampilan pra menulis?


Kegiatan apa yang dapat membantu meningkatkan keterampilan kesiapan menulis (pra-menulis)?
1. Kegiatan meronce dengan kancing dan tali

2. Bermain dengan play doh, meremas-remas, membentuk playdogh dapat menstimulasi motorik halus maupun koordinasi dalam membuat bentuk



3. Kegiatan Menggunting seperti memotong bentuk geometris untuk kemudian menempelkannya bersama untuk membuat gambar seperti robot, kereta api atau rumah.

4. Kegiatan Menjepit benda yang dipindahkan ke tempat lain

5. Menggambar atau menulis pada permukaan vertikal.
6. Aktivitas sehari-hari yang membutuhkan kekuatan jari seperti membuka wadah dan toples.
7. Menggambar Bentuk pra menulis: Berlatih menggambar bentuk pra-menulis (l, -, O, +, /, kotak, \, X, dan Δ).
8. Permainan jari: yang melatih gerakan jari tertentu seperti Incy wincy Spider.


9. Membuat Kerajinan: Buat barang-barang menggunakan kotak-kotak tua, karton telur, wol, kertas, dan selotip.
10. Membuat Konstruksi seperti Bangunan dengan duplo, lego, mobilo atau mainan konstruksi lainnya.


Nah, dari serangkaian tulisan yang begitu panjang ini, semoga parents bisa mulai observasi keterampilan pra menulis anak ya. Amati, stimulus, dan didik dengan cinta yang paling utama. Memaksakan apa yang tidak disukai anak akan membuat anak justru semakin menghindari aktivitas tersebut. Jadi diperlukan ekstra stok kesabaran dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Selamat menemani buah hati ayah bunda di rumah ya :)