Monday 27 April 2020

SOCIAL MEDIA DAN TEORI KONSPIRASI COVID


Belakangan ini, semenjak lebih dari sebulan stay at home, to be honest saya mulai merasa jenuh untuk sekedar mencari satu sisi dari pandemi ini. Let say, I wanna digging another perspective from this. Ya, karena pada dasarnya otak manusia cenderung liar untuk ingin mencari tahu sesuatu sampai ke akarnya. Mulailah iseng-iseng nontonin konten youtube yang berkaitan dengan teori konspirasi mengenai masalah ini. Masalah yang sedang ditakutkan oleh semua orang di seluruh dunia.

Barusan nonton podcast terbarunya om Deddy Corbuzier di Youtube ngajakin discuss bareng Young Lex. Ya elah Young Lex. Kenapa Young Lex sih om, yang menurutku dalam persepsi aku gak suka banget sama ini orang. Tapi coriosity-ku sama hal semacam ini yang mau gak mau harus selalu objektif dalam menilai. Dan setelah nonton itu, banyak hal yang menarik sekali untuk didiskusikan.

Well, kita harus tau bahwa belum ada satupun yang tahu pasti kapan wabah ini akan berahir. Meski sejumlah peneliti dan ahli memprediksi puncak pandemi dan berakhir pada bulan ke berapa. Tapi kita sama-sama gak tahu secara pasti. Gimana kalau sampai berbulan-bulan. Bahkan sampai tahun depan. 

Bayangin aja baru sebulan kita mengkarantina dini , sudah banyak ribuan orang yang mengalami PHK. Banyak orang yang menggantungkan dirinya dari gaji harian terpaksa gak bisa makan. Gak bisa makan bayangkan. Ynag kita tahu selama ini makan adalah kebutuhan dasar yang semestinya harus dipenuhi. 

Lalu bagaimana habit kita semakin beradaptasi dengan kondisi kita yang di rumah aja. Mulai dari yang bisa membatasi diri dengan gadget, kini menghabiskan waktu berjam-jam dengan gadget. Yang biasanya anak-anak bebas beraktivitas di luar rumah, kini harus dibiasakan segalanya ada di rumah. Kebayang gak kedepannya karakter anak-anak kita bakal berbeda. Mereka akan dibiasakan dengan kenyamanan untuk melakukan segala sesuatunya dari rumah. Dan bisa saja terjadi kedepannya anak-anak akan tumbuh dengan rasa ketakutan dan ketidaknyamanan dengan situasi di luar. Akibatnya kemampuan pertahanan dirinya melemah. Ya, seperti itu lah menurut teori konspirasi, yang faktanya segala macam teori konspirasi belum bisa dibuktikan secara ilmiah. 

Eit, tapi yang belum terbukti secara ilmiah belum tentu memang tidak benar adanya. Bisa saja berita HOAX terselip fakta yang tidak banyak orang tahu. Dan bisa jadi, jumlah angka pasien positive Corona sengaja dibesar-besarkan hanya karena ingin menciptakan KETAKUTAN oleh banyak orang. 

Hampir setiap detik berita yang tersebar di social media selalu membahas tentang COVID. Yang artinya, mau mereka yang membatasai sosmed maupun yang nggak, mereka akan tetap terpapar berita karena begitu masivenya berita ini selalu beredar. Social media sejauh ini adalah senjata yang paling ampuh untuk menciptakan ketakutan orang. Social media juga dimanfaatkan oleh kalangan global elit untuk memenangkan pemilihan presiden di beberapa negara, dengan menyebarkan berita yang membuat orang takut untuk memilih pemimpin yang tidak tepat.

Ketakutan dan kewaspadaan memang beda-beda tipis. Namun ketakutan manusia memang seringkali dimanfaatkan oleh kalangan global elite untuk memusnahkan kita selama ini. FEAR MEANS BUSINESS. Ketakutan adalah bisnis yang bisa menghasilkan uang. Orang takut sakit polio, pada akhirnya diciptakan vaksin polio, yang kemudian diwajibkan oleh seluruh orang di dunia ini untuk dikonsumsi. Sejak dini. Siapa yang banyak meraup keuntungan dalam hal ini?

Bagaimana jika memang virus ini memang sengaja dibuat oleh manusia untuk menciptakan sesuatu yang bernama vaksin. Yang pada akhirnya semua orang bergantung pada vaksin. Yang bisa saja terjadi setiap orang wajib memiliki kartu vaksin, dimana sama halnya dengan KTP. Orang gak bisa keluar negeri kalau vaksinnya gak lengkap. Orang gak bisa mengendari kendaraan kalau belum punya kartu vaksin sebagai syarat utama membuat SIM. Apakah hal ini memungkinkan terjadi?

Ya namanya juga teori konspirasi. Kita gak berhak untuk mempercayainya, dan memang teori konspirasi bakal selalu ada. Yang suatu ketika ada dua kemungkinan yang dihasilkan, yaitu teori itu memang tidak terbukti atau tenyata seperti itulah faktanya. 

Tapi satu hal yang bisa diambil dari pembahasan teori konspirasi ini adalah aku jadi lebih mudah menjaga kewarasan selama pandemi ini. Selalu ingat jika ketakutan manusia adalah senjata yang bisa selalu dimanfaatkan oleh beberapa kalangan. Teori konspirasi ini secara gak langsung membantuku untuk lebih mindfulness juga menghadapi situasi. Loh kok bisa, padahal kan mindulness itu metode mengelola mindset kita untuk terfokus pada present situation? ya benar. 

Setidaknya dengan segala keambiguan masa depan yang masih selalu diperdebatkan ini, aku jadi ngerasa untuk gak terlalu mengambil pusing apa yang terjadi kedepannya. Mau bakal hancur lebur atau gak. Yaudah deh lets back to the present. Yaudah deh yuk kita balik lagi ke present setelah membahas tentang teori konspirasi ini :D

#BPNRamadhan2020
#BPNRamadhanChallenge
#BloggerPerempuanNetwork
#BPNRamadanChallengeDAY5

6 comments:

  1. Capek hati banget ya Say ngikutin pemberitaan tentang covid 19 ini.
    Sampe2 pemerintah juga buat gugus tugas yg menangani kesehatan mental efek covid 19.

    ReplyDelete
  2. Ahaa..tontonannya sama...
    Sejujurnya jauh sebelum podcast ini muncul, praduga teori konspirasi udh muncul di awal2 pendemik..mengaitka n banyak kejadian dan pernytaan sebelum2nya.
    Terlepas benar atau gak...jujur batin ikut berkata, jangan sampai ketakutan jadi mengalahkan kewarasan. Meskipun seintrovert sekalipun, manusia ttp manusia yang butuh kontak fisik. Iya kalo ada keluarga. Bagaimana yang tinggal sendirian?

    ReplyDelete
  3. Entah konspirasi atau bukan. Yang pasti, Covid19 sukses membuat bumi kembali pulih. Mulai dari ozon yang katanya sudah tebal, udara dengan kualitas yang lebih sehat, langit kembali biru. Bahkan beberapa wilayah yang dulunya tidak dapat melihat gunung, udah bisa lihat. Mungkin ini konspirasi alam semesta ya.

    ReplyDelete
  4. Tapi katanya ada negara yang menggugat Cina karena virus ini berawal dari sana. Kalau sampai ada gugatan, berarti bukan konspirasi lagi. Karena pasti ada fakta dan bukti.

    ReplyDelete
  5. Balik lagi, yang jelas covidnya itu ada, dan bahayanya nyata

    Soal lain di balik itu apalah kita, ga punya kuasa. Tapi poinnnya, kayak di china sendiri, media kompak memberitakan hal positif, kita kompak menyebarkan ketakutan.

    ReplyDelete
  6. Tulisan mantap dan bermanfaat. Kalo saya waspada tetap tapi baca tentang covid-19 secukupnya saja terutama dari web yang resmi dan bukan link berisi tulisan asal apalagi hoax. Mencegah riweh supaya saya dan orang-orang di sekitar saya tidak panikan. Salam mba Aya.

    ReplyDelete

Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh