Tuesday 4 September 2018

NHW #1 bunda sayang: ADAB MENUNTUT ILMU X COC


Bagi saya sebagai seorang ibu, saya memiliki peran yang besar dalam membangun peradaban di dalam keluarga. Ibu merupakan tiang Negara guna membangun generasi penerus yang handal dan berakhlak mulia. Maka sejatinya seorang ibu hendaklah bertanggunng jawab dan wajib untuk mengupgrade diri dan perlunya evaluasi untuk menjadi figure keluarga yang diharapkan.  Oleh sebab itu, menekuni ilmu di kelas BUnda Sayang merupakan upaya saya untuk dapat mengupgrade diri menjadi ibu yang mampu membangun budaya yang baik dalam keluarga. Karena pada dasarnya budaya dalam keluarga muncul dari sikap-sikap orang tua terutama ibu dimana sikap dan perilakunya selalu menjadi contoh bagi anak-anaknya. 

Berbicara tentang strategi menuntut ilmu, ada baiknya kita tetap terfokus pada ilmu atau bidang ilmu yang sedang kita geluti atau tekuni.  Adapun strategi menuntut ilmu yang akan saya rencanakan pada bidang yang saya tekuni adalah antara lain sebagai berikut:

  1. Fokus pada goal atau tujuan kita belajar. Jika kita focus pada tujuan, maka kita akan menikmati proses yang kita jalankan. Pada kelas bunda sayang ini, tujuan saya adalah menjadi figur yang mampu membangun budaya yang baik untuk keluarga saya terutama anak-anak. Maka saya harus konsisten menjalankan proses agar terbentuk sikap yang mendukung pencapaian akan tujuan kita.
  2. Konsisten. Budaya yang berlaku dalam suatu keluarga tidak akan terbentuk tanpa adanya perilaku yang dilakukan terus menerus atau scara konsisten. Contohnya adalah ketika kita membangun budaya disiplin di rumah, maka kita harus membiasakan ontime dalam situasi dan kondisi apapun. Semisal membiasakan disiplin gosok gigi sebelum tidur, maka kita harus melaksanakanya meski anak atau ortu dalam keadaan mengantuk dan enggan beranjak di kamar mandi. Konsisten merupakan kunci utama keberhasilan atas segala tujuan yang ingin kita capai.
  3. Melakukan perencanaan. Perencanaan bagi saya adalah suatu hal yang tidak pernah terlepas dari rutinitas keseharian saya. Setiap hari saya selalu memajang to do list yang saya tulis besar di white board. Hal tersebut semata supaya dapat mengarahkan aktivitas sehari-hari kita menjadi aktivitas yang bermanfaat dan berkualitas. Serta memudahkan kita untuk dapat focus pada tujuan yang dicapai. Dengan menulis perencanaan kita juga dapat melakukan evaluasi diri manakah kegiatan yang sering kita lewatkan, apa saja kendala-kendala yang terjadi selama pelaksanaan, dan lain sebagainya
Berdasarkan pemaparan strategi diatas, maka diharapkan saya mampu memperbaiki sikap untuk menunjang proses mencari ilmu agar berjalan dengan baik. Sejujurnya banyak sekali sikap yang semestinya harus saya perbaiki untuk menjalankan strategi ini. Salah satunya adalah konsistensi. Sebagai seorang ibu yang memiliki (mau) dua anak, dan berprofesi sebagai seorang dosen honor, terkadang saya merasa lelah untuk bisa konsisten dengan perencanaan yang saya buat. Meski waktu dan konsisinya adalah fleksibel, namun saya merasa bahwa saya harus tetap persisten untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Asalkan semua dijalankan dengan bahagia dan tidak terpaksa. Maka perlu bagi saya untuk bisa mengatur waktu dengan baik agar saya dapat konsisten menjalankan tujuan yang ingin saya capai. 

RESUME STUDI KASUS WAG DAN PEER GROUP
Sejujurnya saat diskusi di peer group saya cukup tertinggal banyak karena kondisi saya yang belum memungkinkan untuk ikut berdiskusi di dalam grup. Namun saya mencoba mengambil intisari dan menambahkan hasil dskusi dari PG 2. Diantaranya adalah: dalam proses menuntut ilmu di kelas bunda sayang, fasilitator merupakan pembimbing yang patut kita hormati selayaknya guru. Karena fasilitator sudah banyak mengorbankan waktunya demi keberlangsungan kegiatan di kelas. Oleh sebab itu sebagai peserta hendaknya kita dapat menyampaikan argument yang sopan dan baik kepada fasilitator, menjalankan prosedur yang telat disepakati bersama dengan fasilitator, serta menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan fasiltator. Ada baiknya apabila kita mengalami kendala atau kesulitan kita dapat komunikasikan dengan fasilitator agar fasilitator dapat memaklumi dan memberikan masukan kepada kita selaku perserta. Hal itu juga dapat melatih kita untuk bisa berempati serta menghargai seorang pembimbing, karena pada suatu saat nanti kita akan menjadi seorang pembimbing yang dapat mengarahkan peserta didik kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

0 comments:

Post a Comment

Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh