Beberapa waktu
lalu, saya mengikuti webinar homeschooling yang diselenggarakan rumah
inspirasi. Kebetulan saya punya banyak teman praktisi HS. Saya penasaran
banget, kenapa sih mereka memutuskan untuk menyekolahkan anak mereka sama orang
tuanya? bahkan ada yang mengorbankan pekerjaanya yang terbilang mapan dan
menjadi dambaan banyak orang. Segitu besarnya HS menjadi influencer bagi para
orang tua masa kini yang memaknai value pendidikan yang begitu dalam. Okelah,
akhirnya saya mencoba ngubek2 materi HS di rumah inspirasi.
Btw, webinar HS
rumah inspirasi terdiri dari dua kategori, yaitu kategori anak usia dini dan
kategori sekolah dasar. Saya memilih kategori anak usia dini karena anak saya
saat ini berusia mau dua tahun. Pada kategori HSUD, materi terdiri dari 4 sesi.
Sesi pertama mengenai prinsip, tujuam, dan cara memulai HSUD. Sesi kedua
terdiri dari kurikulum, materi belajar, dan resource HSUD. Sesi ketiga terdiri
dari pola dan ide kegiatan HSUD. Serta poin keempat mengenai tips praktis
menjalani HSUD. meski materinya hanya terdiri dari 4 sesi, tapi pembahasan tiap
sesi dikupas secara tuuntas beserta Q dan A dari perserta. Jadi lumayan gempor
kalo mau dihabiskan dalam sehari. Saya cerna dikit2 supaya bisa saya
implementasikan di rumah dengan anak. saya benar2 mengapresiasi kerja keras mas
aar dan mbak lala dalam mempersiapkan materi sebanyak dan sedetail ini. Jadi
saya gak mau bocorin bahkan menjiplak semuanya disini. Saya hanya mereview
sedikit dan memberikan tanggapan saya usai mengikuti webinar HSUD rumah
inspirasi.
Well, sejauh ini
yang saya fikirkan bahwa menjalankan HS adalah suatu hal yang rumit. Perlu
kerja keras karena semua pelaksanaanya di handle sama orang tua, sementara kalo
di sekolah enak segala urusan dihandle oleh guru dalam satu tim. Saya membayangkan
itu akan menjadi sulit dan saya pasti gak bakalan mampu melaksanakanya. Apalagi
cita-cita saya tetap ingin bekerja di ranah publik suatu saat nanti. Namun
ternyata setelah mengikuti webinar, rupanya yang ada di fikiran saya itu masih
terpaku pada kontenya saja, bukan proses pelaksanaanya. Pada dasarnya HSUD
adalah proses orang tua membangun hubungan dengan anak dan menikmati kegiatan
bersama dengan anak. Kita bisa menggunakan materi yang ada disekitar kita tanpa
harus terpaku untuk membeli mainan yang mahal. Yang terpenting adalah bagaimana
kita menikmati kegiatan bersama anak. Slow down, connect, dan enjoy.
Saya pernah
menjadikan diri saya menjadi seorang ibu yang ribet. Menyusun lesson plan yang
sepertinya bukan hanya memberatkan anak saja, tapi juga saya sendiri. Saat itu
saya begitu menyadari bahwa saya terlalu terpaku pada lesson planya, bukan
menikmati kegiatanya. Namun setelah mengikuti webinar, saya cukup menyajikan
materi yang ada disekitar saya. Cukup menyampaikan hal yang mindfulness pada
anak selama 30 menit dan dilakukan secara konsisten. Contonya adalah melakukan
kegiatan membaca bersama, jalan sore bersama, dan memasak. Kita bisa
mengajarkan banyak hal pada 3 kegiatan tersebut. Lakukanlah kegiatan
sesedarhana dan senatural mungkin supaya anak dapat menikmati prosesnya.
Yang terpenting
dalam menjalankan HSUD adalah tiga hal yaitu WAKTU, KOMITMEN, dan MINDSET
mengenai belajar. Pada hakikatnya belajar merupakan proses untuk mempersiapkan
anak dalam menghadapi kehidupan yang akan datang, bukan untuk mempersiapkan
memperoleh nilai dan peringkat semata. Jadi biarkan anak berkembang sesuai
dengan kepribadianya yang unik. jangan hanya semata terpaku pada hal-hal yang
sifatnya akademis, tapi melupakan moment terpenting yang sangat dibutuhkan anak
pada usia keemasanya, yaitu BONDING. Anak gak butuh ortu sepintar apapun dalam
mengajar, yang anak butuhkan adalah orang tua yang memberikan perhatian penuh
pada anak terutama pada tahap perkembangan emasnya (developmental milestone).
Selain itu, kurikulum
HSUD juga sangat beragam. kita dibebaskan memilih kurikulum apa saja sesuai
dengan kemampuan orang tua. Yang perlu digarisbawahi adalah kurikulum hanyalah
sebuah panduan atau perencanaan agar anak belajar secara tertruktur. Tapi bukan
berarti kita mau disetir kurikulum dalam pelaksanaanya. Kita harus mengikuti
perkembangan anak yang berbeda-beda sehingga tidak menjadikan kurikulum sebagai
subjek pendidikan, karena anaklah yang menjadi subjek kita dalam belajar.
Satu quote
menarik yang saya dapatkan dalam webinar adalah”anak-anak memiliki potensi
keingintahuan yang sifatnya alamiah. orang tua berperan sebagai fasilitator
yang mewadahi rasa keingintahuan mereka, bukan secara khusus mengajarkan materi
langsung ke anak”. Jadi biarkanlah anak mengembangkan kemampuan alamiah sebagai
self initiative learner. jangan sampai kita mendekte, bahkan mempush anak untuk
mencapai yang orang tua inginkan bukan yang anak butuhkan.
Mungkin itulah
beberapa tanggapan saya mengenai webinar HSUD di rumah inspirasi. Gak nyesel
ikutan webinarnya karena semua dikupas secara detail dan totalitas. Saya
bukanya promosi ya, toh mas aar dan mbak lala juga gak kenal saya hahaa..saya
cuman mau bilang kalo webinarnya recomended banget, bahasa mudah dicerna, semua
sesi pertanyaan dikupas tutas satu persatu. Jadi bagi yang ingin atau sudah
memulai HS, tetap knowledge is important. Jangan lelah mengupgrade diri dan
mengupgrade ilmu-ilmu baru. Jangan lelah mencari tahu dan bertanya kepada
sesama praktisi, bukanya malah mengunggul-unggulkan diri sendiri tanpa dibekali
ilmu yang pasti. Oia lebih enak lagi jika menjalankan HS bersama dengan
komunitas. Karena komunitas merupakan infrastruktur berjalanya HS. Biar ngerasa
gak sendiri juga kan, ntar melow lagi hehhe...Pokoknya salut banget bagi para
orangtua yang sudah menjalankan HS bersama anak-anaknya. Semoga berhasil hingga
ke jenjang selanjutnya J
0 comments:
Post a Comment
Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh